Ketidakjujuran dalam PPDB Sekolah Negeri
Salah satu hal yang benar-benar bikin saya resah adalah masalah kecurangan dalam PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) Sekolah Negeri. Pada awalnya sebagai orang tua yang bersekolah di SD swasta, urusan PPDB sekolah negeri tidak terlalu saya perhatikan. Saya pikir, itu akan berjalan wajar dan normal-normal saja sesuai prosedur yang berlaku.
Sampai suatu waktu saya mendengar cerita sesama orang tua yang mengatakan kalau sekolah negeri itu banyaknya diisi sama orang yang ‘nyogok’. Bahkan menurut teman saya itu, hitungan kasarnya mungkin bisa sekitar 50% dari kuota PPDB. Terutama untuk sekolah-sekolah favorit di level SMP dan SMA.
Saya pikir itu rasanya tidak masuk akal. Masa ia sih? Tentunya kalau itu terjadi, pastinya kualitas sekolah tersebut menjadi jatuh.
Saat mendapat info itu, anak saya sekitar kelas 4 atau 5 SD. Saya pun jadi mulai memperhatikan secara seksama dan dalam tempo yang tidak singkat alias bertahun-tahun, mengenai proses PPDB. Terutama ketika anak saya mulai masuk jenjang SMP di tahun 2019.
Apakah kecurangan itu memang terjadi? Apakah mungkin hingga 50% jumlah siswa PPDB itu curang? Apakah kita yang tidak curang masih mungkin bisa dapat tempat melalui jalur PPDB?
Berdasarkan pengalaman saya mendampingi anak-anak melalui PPDB SMP 2019, PPDB SMA 2022, PPDB SMP 2023, bahkan hingga SNBP 2025, saya menemukan beberapa fakta yang menurut saya cukup menarik.
Rumor Kecurangan PPDB
Sejak pertama kali mendengar cerita kecurangan PPDB dari teman saya, ternyata saya makin kerap mendengar cerita serupa dari berbagai pihak.
“Saya sudah dihubungi seseorang yang menawarkan kursi SMP Negeri, setahun sebelum PPDB. Katanya tidak mungkin bisa lolos kalau masuk PPDB jalur normal.”
“Kami ditawari pindah KK.”
“Kami masuk melalui jalur donasi.”
“Saya datang ke kepala sekolah dan memaksanya menerima anak saya.”
“Kami menghubungi satpam di sekolah yang kemudian memberikan janji untuk bisa lolos masuk sekolah negeri.”
“Kami tidak sanggup masuk sekolah favorit karena mintanya puluhan juta.”
Jujur saya kaget sekaget-kagetnya mendengar pengakuan orang tua seperti itu.
Pengalaman PPDB
Yang paling bikin saya sangat resah dan super sedih adalah fakta banyaknya orang tua yang merasa lolos PPDB secara jujur itu nyaris tidak mungkin. PPDB jujur hanya terjadi untuk segelintir anak super spesial saja, katanya.
Dari situ saya merasa sangat tertantang untuk mencoba mengulik sistem PPDB sekolah negeri ini. Sebobrok itu kah? Mungkinkah sesulit itu menembus PPDB sekolah negeri?
Tahun demi tahun, akhirnya pertanyaan itu terjawab. Anak kami bisa lulus PPDB SMP 2019 ke SMPN 28 Bandung, lulus PPDB SMA 2022 ke SMAN 11 Bandung, lulus PPDB SMP 2023 ke SMPN 13 Bandung, dan terakhir lulus SNBP 2025 ke FTI RI ITB.
Jawabannya adalah:
Bisa lulus PPDB sekolah negeri dengan jalur yang jujur tanpa sogokan. Dan BANYAK ORANG yang melakukan itu!!!
Tips Lulus PPDB jalur ‘tanpa nyogok’
Berikut beberapa tips lulus PPDB berdasarkan pengalaman kami:
#1 Simak baik-baik ketentuan PPDB dari penyelenggara
Menurut saya, ini salah satu kekurangan terbesar para orang tua. Mereka jarang sekali mau benar-benar menyimak penjelasan dari pihak penyelenggara. Padahal penyelenggara PPDB seperti Dinas Pendidikan Kota untuk tingkat SMP dan Dinas Pendidikan Provinsi untuk tingkat SMA sudah dengan rajinnya berusaha mensosialisasikan ketentuan PPDB yang memang berubah-ubah setiap tahunnya.
Usahakan benar-benar memiliki data tahun-tahun sebelumnya untuk bisa memperkirakan passing grade tahun depannya.
#2 Jangan maksa hanya mau masuk sekolah favorit
Istilah sekolah favorit memang tidak bisa dipungkiri masih tetap ada. Ini adalah sekolah-sekolah dengan fasilitas yang bagus dan lulusannya dinilai akan lebih punya masa depan cerah.
Sejak berlakunya kuota zonasi 50% pada PPDB, maraklah kasus pindah KK. Walau sudah dibongkar secara terbuka di media nasional, tetap saja pola ini banyak dipakai orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
#3 Kenali potensi anak dan cari jalur yang sesuai
PPDB dengan berbagai jalur penerimaan itu sebenarnya menguntungkan. Kalau dulu hanya anak pintar secara akademis saja yang berhak masuk sekolah bagus. Sekarang, negara mengakui anak yang punya bakat di bidang non akademis.
Tentunya bukan asal ikut lomba ya, namun pilihlah lomba-lomba yang berjenjang dan memang diakui oleh Dinas Pendidikan. Bahkan anak yang hapal Quran atau mengikuti Jambore saja bisa mendapatkan poin yang lumayan untuk bisa ditampung melalui jalur prestasi.
PPDB dengan Nurani
Mengapa orang tua memilih PPDB dengan jalur tidak jujur ini? Mungkin karena memang mengenal beberapa orang yang memilih jalur ini, saya cukup berempati juga dengan pilihan mereka.
“Anak saya cukup pintar dan pantas untuk mendapatkan fasilitas di sekolah favorit.”
“Semua orang nyogok kok, kalau saya tidak menyogok, kursi itu akan diambil orang lain yang nyogok juga.”
“Kami tidak mampu kalau harus sekolah swasta yang mahal. Menyogok sekolah negeri itu hanya perlu 10-20 juta. Tapi tanpa SPP bulanan. Sementara sekolah swasta, selain uang muka 10-20 juta, juga ada uang bulanan yang bisa lebih dari 1 juta per bulan. Mending uangnya untuk kuliah.”
Walau begitu, ada juga orang tua yang berprinsip:
“Nggak tega saya nyogok untuk anak saya. Khawatir ilmunya nggak berkah. Masa depan anak saya masih panjang.”
“Saya lebih memilih sekolah swasta dengan biaya semampunya. Saya tidak punya uang untuk menyogok.”
Dari situ, saya hanya bisa melirihkan doa “Semoga dimampukan dan dimudahkan untuk bisa lulus melalui PPDB yang jujur saja. Jangan sampai kami terpaksa menempuh jalur yang abu-abu ini.”
Harapan terhadap PPDB
Kejujuran adalah dasar moral yang sangat utama. Kita semua sangat ingin memiliki anak-anak yang jujur. Tentunya sulit mengharapkan kejujuran kalau anak-anak kita mendapat contoh ketidakjujuran dari kita selaku orang tua.
Masalah kejujuran dalam PPDB ini tidak bisa dilihat ‘asal anak kita selamat saja’. Tapi ini adalah masalah sistem yang jadi rusak. Terlepas dari mental anak-anak yang terpapar ketidakjujuran sejak dini, secara sistematis kualitas dan kredibilitas sekolah pun akan turun.
Sekarang ini, kualitas sekolah swasta semakin naik pamornya mengalahkan sekolah-sekolah negeri favorit. Salah satu fakta menarik, kalau sebelumnya jalur undangan SMA favorit kota Bandung bisa meluluskan ratusan siswanya ke ITB sebagai salah satu PTN terbaik di Indonesia.
Di tahun 2025 ini, jalur undangan sejumlah SMA favorit di kota Bandung hanya bisa meluluskan 20-30 an saja siswanya ke ITB. Jumlahnya bahkan setara dengan sekolah-sekolah swasta favorit.
Tentu saja itu ada bagus dan ada sisi baiknya kalau dilihat dari pemerataan. Tapi tentunya akan lebih baik jika semua ini diawali dengan PPDB yang jujur dan tanpa jalur-jalur belakang.
Yuk ah, bersama kita kampanyekan #PPDBJujur demi pendidikan anak-anak kita yang lebih baik di masa depan.
Tulisan ini dibuat dalam rangka Tantangan Blogging Level Up Mamah Gajah Ngeblog
Posting Komentar untuk "Ketidakjujuran dalam PPDB Sekolah Negeri"
Posting Komentar