Barodak, Membawa Tradisi Sumbawa ke Tanah Sunda
Di masa sekarang ini, pernikahan yang sederhana menjadi pilihan banyak orang. Banyak pasangan yang kini lebih realistis dan pragmatis saja dalam menentukan gaya pernikahan mereka.
Bahkan kalau boleh, maunya sekedar di KUA saja katanya. Seperti yang dilakukan oleh influencer kecantikan Suhay Salim pada Desember 2018. Santai saja, dia menikah dengan baju dan make up sehari-hari di KUA.
Tentu saja itu sah-sah saja. Saya sendiri sebenarnya tipe yang nggak mau ribet kalau menikah. Tapi setelah menjalani prosesi pernikahan yang cukup melelahkan dan memakan biaya besar, saya rasa itu juga tidak salah-salah banget.
Karena ada nilai lain yang rasanya tidak bisa tergantikan dengan apapun. Melestarikan tradisi lokal dalam pernikahan yang tidak sederhana itu worth it! Tentunya dengan catatan tidak memaksakan diri dan sesuai dengan kemampuan.
![]() |
Waktunya bongkar album nikah! |
Pengalaman Membawa Tradisi Sumbawa ke Tanah Sunda
Sebagai orang yang merasa tidak terlalu punya tradisi kuat karena Mama yang orang Medan-Pakistan dan Papa yang orang Sumbawa, saya selalu kesulitan untuk mengasosiasikan diri sebagai suku mana. Makanya kalau menikah paling kepikirannya pakai pakaian nasional saja tanpa ada embel-embel acara adat manapun.
Ketika saya menikah, banyak keluarga Papa yang datang dari Sumbawa. Mereka bahkan datang dengan bis charteran khusus. Maklumlah, ini pernikahan anak pertama saudara mereka. Sekalian sambil jalan-jalan ke Bandung, mumpung ada acara.
![]() |
Penyambutan keluarga pria. Aslinya, ini tidak perlu ada karena prosesi barodak biasanya dilakukan di masing-masing keluarga calon pengantin. |
Ternyata dalam rombongan keluarga ada perias pengantin yang membawa perangkat acara tradisional Sumbawa yang bernama Barodak. Bagi orang Sumbawa, ini adalah acara wajib bagi calon pengantin untuk mempercantik diri. Barodak sendiri artinya melulur calon pengantin dengan bahan-bahan alam agar kulitnya bersih.
Rangkaian Prosesi Menjelang Pernikahan Adat Sumbawa
Sebenarnya Barodak ini hanya satu bagian kecil dari serangkaian ritual untuk calon pengantin Sumbawa. Sebelumnya ada yang namanya proses Bajajak sebagai penjajakan dari pihak pria kepada pihak perempuan. Dicek dulu, apakah sudah ada yang melamar atau tidak.
![]() |
Menyatukan adat Sunda dan adat Sumbawa |
Baru setelah itu ada yang namanya proses Bakatoan. Di sini disampaikan maksud untuk melamar. Selanjutnya ada Basaputis. Inilah saatnya untuk ngobrol-ngobrol soal teknis kebutuhan pernikahan. Apa-apa yang disepakati dalam acara ini, akan diberikan pada acara Nyorong. Nyorong adalah acara menyerahkan seserahan dan segala kebutuhan yang diperlukan untuk pernikahan.
Baru setelah semua beres, masuk lah ke acara Barodak. Waktunya calon pengantin membersihkan diri baik fisik maupun psikis.
![]() |
Ina Odak yang suga Bibi saya, tengah membuka ritual Barodak. |
Mengenai Ritual Barodak
Tapi jangan bayangkan Barodak kaya paket perawatan tubuh pengantin yang banyak di salon itu ya. Barodak ini adalah versi tradisionalnya yang cukup unik.
Saat pernikahan saya, Barodak ini dilakukan pada malam sebelum akad nikah. Biasanya acara ini dilakukan terpisah di masing-masing rumah mempelai wanita dan pria. Konsepnya mereka belum boleh bertemu sebelum akad nikah.
![]() |
7 perempuan yang mengoleskan odak ke wajah calon pengantin |
Sekarang waktunya bebersih dulu dan mempercantik diri dengan ‘odak’ atau bedak lulur yang terdiri dari bahan-bahan alami seperti beras, asam jawa yang dibakar, daun inai, buah pinang, sirih, dan beberapa bahan khas lainnya. Bahan-bahan ini dipersiapkan khusus oleh seseorang yang disebut Ina Odak. Ia juga nantinya yang sekaligus memimpin prosesi barodak.
Karena calon saya orang Sunda dan kami melaksanakan acara ini di kota Bandung, jadilah acaranya agak-agak disesuaikan. Walau calon pengantin pria tidak datang, tapi keluarganya datang dengan membawa seserahan dengan gaya tradisi Sunda.
Acara barodak dengan dekor dan ritualnya yang unik, menjadi warna baru bagi para tamu. Acara barodak itu sebenarnya sederhana tapi sarat makna. Ini bukan sesuatu yang bisa digantikan dengan perawatan kecantikan di salon. Karena dalam ritual ini terselip doa meminta keridhoan Allah SWT, keselamatan dan rezeki untuk calon pengantin.
Saat barodak, ada sejumlah perempuan yang akan mengoleskan bedak odak/lulur ke pipi dan tangan saya. Yup, jadi di acara ini muka saya coreng moreng.
Jumlah yang melulur biasanya ganjil. Mereka adalah orang-orang yang dituakan dan dihormati. Ada nenek saya dari pihak Mama, dan beberapa tante. Karena keluarga calon suami juga datang, maka calon ibu mertua dan salah satu tante juga ikut dikasih jatah mencoreng pipi saya dengan lulur.
![]() |
Bersama adik-adik tercinta yang cantik-cantik |
Makna dari Bahan-bahan Odak
Bahan alami yang digunakan untuk lulur dalam barodak ternyata menyimpan pesan yang tertentu.
Seperti beras yang ditumbuk halus sebagai simbol kemakmuran dan jiwa sosial. Tumbukan beras ini yang membuat muka menjadi coreng moreng putih. Percayanya sih, esok saat akad nikah pengantin akan keluar aura kecantikannya. Aih!
Lalu buah asam mengingatkan untuk menghilangkan rasa iri dengki dan hasad. Salah satu penyakit hati yang paling menyiksa memang rasa ini.
Tanaman pancar yang berwarna merah menganalogikan perlunya perjuangan untuk mensejahterakan keluarga walau harus menumpahkan air mata dan darah. Waduh, segitunya ya!
Ada juga telur sebagai simbol cinta kasih manusia. Harapannya keluarga yang akan terbentuk selalu penuh kasih sayang dan tidak banyak marah-marahan.
![]() |
Pakaian adat Sumbawa itu identik dengan warna-warna yang cerah dan warna-warni meriah. |
Pohon pisang yang hanya berbuah sekali seumur itu, digunakan sebagai alas tangan pengantin saat dilulur. Harapannya pernikahan juga cukup sekali seumur hidup dan tidak mudah bercerai jika diterpa masalah.
Pada awal prosesi, Ina Odak akan menyalakan dila atau lilin sebagai penerang. Harapannya kehidupan rumah tangga akan selalu diterangi dan berjalan di jalan yang benar sesuai kaidah agama.
Salah satu yang aku suka dari prosesi tradisional itu adalah dengan tidak meninggalkan nilai agama Islam. Ada falsafah Sumbawa “adat barenti ko syara, syara barenti ko kitabullah dan hadis, takit ko nene kangila boat lenge.’’ Artinya, adat bersendikan syariah dan syariah bersendikan kitabullah, takut kepada Allah dan malu berbuat keburukan.
Ada banyak doa dalam setiap ritual tradisional yang dilakukan. Saya rasa, nilai ini yang masih perlu terus kita lestarikan. Dalam keruwetan ada nilai yang memang worth it untuk dipertahankan.
Dari pengalaman pernikahan saya, jadi kepikiran juga serunya kalau punya mantu dari suku yang berbeda. Kita jadi bisa punya pengalaman yang lebih beragam.
Tulisan ini dibuat sebagai Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan April ini mengangkat tema Tradisi Lokal yang Masih Dilestarikan usulan Mamah Sari.
Posting Komentar untuk "Barodak, Membawa Tradisi Sumbawa ke Tanah Sunda"
Posting Komentar