Keberhasilan Melatih Kebiasaan Baru

melatih kebiasaan baru
Consistent is not my middle name. Walau saya begitu terobsesi dan sangat menginginkannya. Di pikiran saya, menjadi orang yang hidupnya teratur dan tertata rapi itu pasti akan lebih produktif. Karena dia tidak perlu berpikir lama dalam mengambil keputusan. Segalanya ya tinggal langsung dijalani saja.

Saya tidak bisa begitu. Dari bangun pagi rasanya keputusan yang harus diambil itu banyak sekali. 

Bangun sekarang atau nanti 15 menit lagi ya?

Pagi ini buat nasi goreng atau telur ceplok aja ya? 

Mending segera menulis post atau cek WA dulu ya?

Dalam kebanyakan kejadian, proses mengambil keputusan ini menjadi lama dan bikin frustasi. Karena merasa tertekan, larinya kemana lagi coba kalau nggak scrolling sosmed untuk menikmati lucunya kucing-kucing Instagram dan membaca berita-berita viral tidak penting terbaru. 

Sebentar aja kok niatnya. Lima menit aja lah. Atau bahkan cuma sekedar cek WA aja, siapa tahu ada yang japri. Eh… tau-tau kenapa waktu sudah berlalu 2 jam begitu saja tanpa terasa? 

Bertahun-tahun, rasanya saya selalu melakukan hal yang sama. Rencananya kemana…. Prakteknya kemana…

Koleksi Buku Tentang Melatih Kebiasaan

Sebagai orang yang merasa setiap masalah bisa diselesaikan dengan baca buku, saya adalah kolektor buku self-help urusan kebiasaan. 

Dari Power of Habit-nya Charles Duhigg (2012), Better Than Before-nya Gretchen Rubin (2015), Grit-nya Angela Duckworth (2016), Atomic Habits-nya James Clear (2018), Make Time-nya Jake Knapp dan John Zeratsky (2018), Bagaimana Berubah-nya Katy Milkman (2021) sampai ke beberapa buku sejenis lainnya yang saya juga lupa. Intinya banyak lah.

Berharap hanya dengan membaca, sim salabim saya bisa otomatis berhasil memiliki kebiasaan baru. Dimana coba ada buku yang seperti itu?

Sebenarnya saya masih sangat tergoda untuk beli buku Tiny Habits-nya B.J. Fogg (2019). Tapi malu juga sih. Emang buku yang sebelumnya itu nggak efektif?

Setiap tamat baca buku, semangat selalu meluap-luap. Buat rencana yang sangat detail. Namun eksekusinya nol! 

Sampai anakku bilang, “Ma, kalau mau berubah ya berubah saja. Mau menulis, ya menulis saja. Mau sholat awal waktu, ya sholat awal waktu saja. Nggak perlu baca buku dulu untuk hanya seperti itu.”

“Tapi Mama berharap ada kunci tertentu yang membuat melatih kebiasaan baru menjadi lebih mudah dari buku-buku itu?”

“Ada kuncinya di buku itu?”

“Ada!”

“Bisa Mama kerjakan?”

“Nggak sih.” 

Jadi kesimpulannya, saya bukan perlu buku lagi. Tapi ya JUST DO IT! 

Bisa jadi anak saya benar. Tidak perlu kunci macam-macam untuk berubah. Kalau mau berubah, ya berubah saja. Paling tinggal minta sama Yang Di Atas agar diringankan untuk menjalaninya. 

Saya sempat berpikir, apa masalahnya saya kurang motivasi untuk bisa lebih baik ya? Apa saya menganggap hidup saya terlalu nyaman dan tidak perlu berusaha lebih keras lagi?

Untuk hal ini, adik saya sempat membantah. Kurang berusaha itu bukan karena kurangnya tantangan hidup atau hidup dalam kenyamanan. 

Coba lihat Maudy Ayunda atau Raditya Dika, katanya. Keduanya itu berlatar belakang keluarga mapan dengan kenyamanan pastinya di atas rata-rata orang Indonesia umumnya. Kalau mau malas-malasan, mereka mestinya lebih mungkin melakukannya. Diam saja, pasti kebutuhan hidupnya terjamin.

Kenyataannya kan mereka tidak bermalas-malasan dan bekerja luar biasa keras untuk terus berkarya dan berprestasi. Hasilnya sekarang, bisa dibilang bikin banyak orang iri. Apalagi orang-orang pemalas yang tidak tahu namanya berusaha keras. 

Sebaliknya ada juga orang-orang yang hidupnya sudah sangat susah dan menantang, eh… tetap tidak mau berubah dan berusaha. 

Jadi urusan berubah dan melatih diri  memiliki kebiasaan yang lebih baik itu lebih ke masalah mental daripada kondisi nyata sekitar kita. 

Jumlah Kebiasaan yang Bisa Dilatih Dalam Satu Waktu

Saya sempat baca salah satu wawancara dengan James Clear penulis Atomic Habit, tentang berapa banyak sih kebiasaan yang bisa dilatih dalam satu waktu?

James Clear menjawab, sebaiknya satu saja dulu.

SATU!!! Waduh, kalau saya sih rasanya nggak bisa memilih satu kebiasaan yang perlu diubah. Karena rasanya saking berantakannya hidup saya, saya itu perlu memiliki 35 kebiasaan yang perlu dilatih. 

Widih, kok banyak amat sih sampai 35 kebiasaan? Ini karena hidup saya emang seberantakan itu. Jarang sekali bisa teratur runtut sehari saja. Selalu saja ada hal baru yang perlu dilakukan sehingga saya tidak bisa menjalankan rutinitas sesuai yang diharapkan.

Perubahan di Januari 2025

Setelah pengalaman bertahun-tahun gagal melulu dalam melatih kebiasaan baru, maka di tahun 2025 ini saya mencoba pendekatan yang berbeda. 

Saya akan mencoba fokus ke 1 saja kebiasaan yang benar-benar saya suka melakukannya. Namun dengan tetap mencatat kebiasaan lain sebisanya. 

Saya mencoba untuk tidak lagi banyak berencana sekarang ini. Hanya mencoba untuk melakukan sesuatu semampu yang saya bisa. Minimal 1 sukses kecil saja setiap hari. Sekedar agar saya bisa tidur dengan perasaan puas dan sukses untuk hari ini. 

Saya mau cerita sedikit tentang kebiasaan rutin saya yang sampai 35 kebiasaan itu. Lebay amat ya! 

Jadi ini sebenarnya mencakup 4 aspek kehidupan yang perlu saya seimbangkan saja. 

#1 Spiritual: termasuk kebiasaan sholat fardhu awal waktu, baca Quran, dan sholat sunah.

#2 Kesehatan: termasuk kebiasaan tidur, makan, olahraga, dan merawat diri.

#3 Chores: termasuk kebiasaan memasak, mencuci piring & pakaian, dan membersihkan rumah.

#4 Menulis: termasuk segala hal yang berhubungan dengan kebiasaan menulis dan keinginan untuk bisa profesional dalam bidang ini. 

Untuk kebiasaan utama, saya memilih menulis rutin saja sebagai pemicunya. Karena saya suka menulis dan bisa menikmati kebiasaan ini. Kesempatan untuk bisa menulis walau sedikit, memberikan saya perasaan puas dan berhasil. 

Alhamdulillah banget, sebulan kemarin saya berhasil menyelesaikan beberapa target yang saya canangkan. I’m so proud of myself. 

Habit Tracker dengan Sistem 3 Poin

Saya juga membuat pencatatan habit tracker dengan model poin. Bukan ceklist seperti umumnya habit tracker. 

Setiap kebiasaan memiliki 3 poin. Poin tertinggi nilainya 3 poin kalau saya mencapai kondisi ideal. Poin kedua nilainya 2 poin kalau saya mencapai dibawah target utama. Poin ketiga nilainya 1 poin kalau saya tetap mampu mengerjakan target tersebut dengan minimalis saja. Saya pakai istilah at least done atau ald.

Misalnya untuk urusan melatih kebiasaan sholat awal waktu. Saya dapat 3 poin kalau bisa sholat langsung segera azan berkumandang. Dapat 2 poin kalau saya menundanya sampai 30 menit setelah azan. Dan dapat 1 poin saja kalau melakukannya di penghujung waktu. Tentunya dapat nol poin kalau sampai beneran terlewat. 

Begitu juga untuk urusan menulis. Saya dapat 3 poin kalau setiap hari bisa menulis lebih dari 1000 kata. Dapat 2 poin kalau bisa menulis lebih dari 750 kata. Dan dapat 1 poin kalau bisa minimal 500 kata. Kalau kurang dari itu ya nol poin. 

Memiliki 3 poin penilaian ini membantu saya untuk bisa tetap semangat mencatat rutinitas harian saya. 

Untuk pencatatan, saya memilih menulis manual di planner. Rencananya setiap minggu saya salin ke spreadsheet yang lebih rapi sehingga bisa kelihatan angka dan grafiknya. Saya sampai membeli khusus planner spreadsheet lalu memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan. Cuma sampai sekarang, saya masing mengutak-atik file digitalnya sih. Masih belum pas rasanya.

Dalam planner manual, perbedaan 3 poin itu saya tulis dengan pensil biar mudah direvisi. Untuk 3 poin, saya kasih arsiran penuh. Untuk yang 2 poin saya kasih arsiran garis 3. Sementara yang 1 poin saya kasih arsiran 1 garis saja. Habit yang tidak dikerjakan sama sekali, cukup saya kasih tanda X. 

Melihat habit tracker saya selama 5 minggu terakhir, rasanya benar-benar memuaskan. Bukan poinnya yang memuaskan, karena memang masih banyak tanda X atau arsir satu saja. Tapi saya senang karena saya memiliki catatannya. Seperti melihat dengan jelas kekurangan saya dimana, dan jadi tahu selanjutnya bisa memperbaiki yang mana. 

Ini benar-benar memuaskan! Demikianlah sebuah sukses kecil saya di awal tahun 2025. Alhamdulillah.

tantangan MGN kebiasaan

Tulisan ini dibuat dalam rangka Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog pertama bulan Februari dengan tema Kebiasaan atau Rutinitas dengan host Mamah Jade


Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

8 komentar untuk "Keberhasilan Melatih Kebiasaan Baru"

Comment Author Avatar
Keren iih teh Shanty. Pakai poin-poin gini. Kayak bikin rapor buat diri sendiri. Bikin list juga ah, biar semangat melatih kebiasaan baru.
Comment Author Avatar
Wahhh ... Kerennya teh Shanty bisa punya catatan kegiatan. Aku sering loh berantakan karena ada insidental atau trouble yang datang dari luar. Seperti saat anak atau suami masuk rumah sakit atau kecelakaan kemarin itu. Ada lagi tetiba rumah bocor dan pintu jebol gak bisa dibuka kuncinya. Beneran deh, kalau gitu udah istighfar banyak-banyak.
Salam sehat dan semangat ...
Comment Author Avatar
Saya ketampar juga ini baca tulisan ini. Kalau teh Shanti rajin beli buku-buku tentang habits untuk melatih kebiasaan, maka saya rajin beli buku motivasi yang tujuannya agar bisa berubah lebih baik dalam hal kedisiplinan. Sama sih sebenarnya, agar hidup saya lebih teratur, tidak random ke sana sini. Karena itu saya setuju sama anaknya Teh shanti. Kalau mau berubah yah berubah saja. kalau mau melakukan sesuatu, lakukan saja tanpa perlu dorongan atau motivasi dari mana pun.
Comment Author Avatar
Keren banget teh sampai ada spreadsheet nya. Iya mungkin kalau gini jadi semangat ya mengerjakannya.

Jadi ingat, temanku beberapa tahun lalu suka mencatat errands rumah via app, dan di app itu ada skor segala. Kata dia jd bikin termotivasi.
Comment Author Avatar
Hihi list bukunya ada 2 yang sama: Grit & Atomic Habits. Tapi sama juga masih belum dapet wangsit buat konsisten dalam membuat kebiasaan walau udah baca buku. Emang yang penting just do it aja ya Teh..
- bunga, mgn newbie -
Comment Author Avatar
Sepertinya ini nomiasi Relate nih di saya hehe. Sebegitu miripnya kita. Walau teteh merasa sangat berantakan, percayalah teh, teteh much better than me. Terbiasa let it flow. Mimpi ada, tapi tidak ambisius. Setelah menikah baru merasa sepertinya saya harus berbenah. Anak-anak menjadi salah satu motivasi. Memilih untuk gabung di MGN salah satunya untuk memacu diri, walau ya masih silent reader. Menyimak.
Comment Author Avatar
Saling menyemangati buat jaga stamina ya teeeh! 🔥🤗
Comment Author Avatar
Bagus sekali tulisannya Teh. Saya dulu seperti Teh Shanty, banyak mencatat, sekarang lebih seperti Sasya, lakukan saja, karena waktu utk berencana dan aneka persiapan itu juga mengurangi waktu untuk saya benar2 melakukan kebiasaan yg ingin saya mulai. Terimakasih telah berbagi.