Oleh-oleh dari Open House ITB 2025 (Bagian 3)

open house itb 2025

Akhirnya tiba juga di Open House hari ketiga. Silakan baca bagian pertama dan bagian kedua di postingan sebelum ini ya.

Raka hari ini masih berencana datang ke Sabuga. Masih ada yang membuatnya penasaran. Saya pun awalnya sangat tertarik untuk nonton langsung acara dari Sekolah Farmasi (SF) yang diadakan di Inspiration Stage Selasar Utara. Tema yang diangkat menarik, yaitu Kenali Tubuhmu: Perhitungan BMI, Panduan Olahraga, Diet, dan Gaya Hidup Sehat.  Awal tahun, pas banget nih dapat ilmu hidup sehat.

Acara ini tidak bisa disaksikan live-nya di Youtube seperti acara yang diadakan di Future Stage. Rencananya mau datang sekitar abis zuhur karena acaranya pukul 13.00. 

Eh, taunya malah keasyikan nonton Youtube dari Future Stage mengenai Pengenalan Kampus ITB Jakarta, Cirebon, dan Jatinangor. Dilanjutkan dengan pemaparan Pengenalan dan Penerimaan Program Pascasarjana ITB.

Ah, kok ya jadi malas beranjak dari rumah. Akhirnya memilih menonton di rumah saja acara Kick-off Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana 2024 dengan pembicara Pak Irvan Christiawan, selaku Kepala Direktorat Administrasi Penerimaan Mahasiswa, Mas Imam selaku Dosen Metalurgi FTTM yang juga influencer, Nabil sebagai lulusan FTTM selaku penerima beasiswa S3 Australia tanpa S2, dan Revio sebagai mahasiswa berprestasi.

Pemaparan dan pengalaman mereka benar-benar memotivasi peserta yang hadir baik secara online maupun offline. Saya rasa, saya perlu satu artikel khusus untuk menuliskan cerita menarik mereka di ITB. 

Mengenai Penerimaan Program Sarjana ITB

Sebenarnya saya sudah mendapatkan penjelasan mengenai Penerimaan Program Sarjana ITB ini secara langsung dari Pak Irvan pada sesi siang di hari pertama. Acara di hari pertama itu yang bikin saya benar-benar bisa tidur nyenyak karena semua pertanyaan saya terjawab tuntas.

Sayang sekali memang penjelasan di hari pertama tersebut tidak ada rekaman Youtubenya. Karena saat itu Pak Irvan menjawab banyak sekali pertanyaan pengunjung. Bahkan sampai turun panggung, Pak Irvan masih diserbu pengunjung. Dan dengan sabarnya Pak Irvan menjawab semua pertanyaan. Saya pun dengan sabarnya ikutan mendengarkan semua pertanyaan orang-orang.

Irvan Christiawan open house itb
Pak Irvan yang masih dikerubungi pengunjung yang penasaran

Di hari terakhir ini, Pak Irvan kembali menjelaskan hal yang sama terkait penerimaan mahasiswa baru. 

Salah satu informasi penting yang saya dapatkan adalah mengenai kriteria penerimaan ITB bagi para siswa dari sekolah yang menggunakan kurikulum merdeka. 

SNBP bagi Anak Kurikulum Merdeka

Masalah anak-anak kurikulum merdeka adalah mereka tidak mendapatkan mata pelajaran Fisika dan Kimia, karena harus memilih salah satu di SMA-nya. Sementara kita tahu kalau TPB (Tahap Persiapan Pertama) di ITB mempelajari Fisika dan Kimia. 

Untuk kasus Raka, sebagai anak Saintek ia hanya mendapatkan mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi, dan Informatika. Tapi dia tidak memiliki nilai Kimia. Ada temannya di kelas lain yang tidak mendapatkan Fisika. Ternyata kasus seperti ini terjadi di banyak SMA. 

Apakah tidak lengkapnya nilai anak-anak ini akan mempengaruhi kans mereka di SNBP? Mengingat ada banyak sekolah lain yang tetap siswanya bisa mendapatkan mata pelajaran lengkap.

Lega sekali rasanya setelah Pak Irvan menjelaskan mengenai penilaian SNBP ITB itu adalah:

50% rata-rata semua nilai di rapor selama 5 semester + 50% DUA mata pelajaran pendukung.

Hal ini mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nomor 345/M/2022 Tentang Mata Pelajaran Pendukung Program Studi Dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi. 

Dalam peraturan tersebut dijelaskan untuk rumpun ilmu terapan teknik atau rekayasa, yang dibutuhkan adalah Fisika/Kimia dan / atau Matematika Tingkat Lanjut/Matematika. Jadi memang cukup memilih salah satu dari Fisika atau Kimia saja. Tidak harus ada keduanya. 

Kalau memang seperti itu keputusannya, menurut saya ini bagus sekali. Siswa tidak perlu belajar Kimia dan Fisika selama 3 semester. Mereka cukup memilih salah satu (DUA MATA PELAJARAN PENDUKUNG SAJA) yang menjadi fokus mereka. Hemat energi banget kan ini.  

Sebelumnya saya misuh-misuh karena tidak yakin ITB akan tetap mengacu ke peraturan ini, mengingat adanya Program TPB di ITB. Apalagi cerita tahun lalu, SMA dengan kurikulum merdeka ternyata berkurang jatahnya masuk SNBP di ITB. Bikin galau banget nggak sih.

Tapi penjelasan Pak Irvan benar-benar menenangkan kami. Mungkin juga kebijaksanaan ini mengingat di kurikulum ITB 2024, masa TPB hanya ada 1 semester. Tidak lagi 2 semester seperti sebelumnya.

mata pelajaran pendukung itb


Peran Rekam Jejak Alumni untuk SNBP

Lalu ada juga pertanyaan mengenai pengaruh rekam jejak alumni terhadap penerimaan SNBP. Apakah calon mahasiswa hanya bisa memilih jurusan yang ada sejarah kakak kelasnya diterima di sana?

Jadi penjelasannya itu seperti ini. ITB memang melihat rekam jejak alumni. Ini mereka lakukan untuk kalibrasi nilai rapor dari suatu sekolah. 

Angka 80 di rapor sebuah sekolah favorit di Bandung, mungkin berbeda nilainya dengan angka 90 di rapor sebuah sekolah di kota antah berantah. Untuk itu ITB melihat korelasi antara angka rapor alumni sekolah tersebut dengan IPK mereka selama di ITB. Dari sini diharapkan ITB bisa mengkalibrasi nilai rapor yang beragam dari berbagai sekolah di Indonesia.

Jadi kita tidak perlu minder dulu kalau nilai rapor kita tidak terlalu tinggi dibanding sekolah lain, karena bisa jadi nanti hasil kalibrasinya berbeda. 

Saya rasa inilah rahasia mengapa banyak orang yang menilai SNBP itu terlalu ‘jalur langit’ yang sulit diprediksi. Karena memang menyangkut berbagai faktor seperti angka kalibrasi yang kita tidak tahu dan juga angka rapor dari peminat di tahun tersebut.

Saya sempat menemukan pernyataan kalau ada yang nilai rapornya 97 tapi tidak diterima di ITB. Nah itu bisa jadi karena nilai hasil kalibarasi sekolah tersebut rendah. Nilai 97 sekolah tersebut, sebenarnya setara dengan nilai 90 misalnya. Sementara passing grade untuk kuota tertentu di ITB yang mendaftar tahun tersebut ada di 91. Ya otomatis tidak diterima lah.

Sertifikat Pendukung SNBP

Hal lain lagi mengenai peran sertifikat pendukung. Beberapa orang tua bertanya sejauh mana peran sertifikat dalam penerimaan SNBP ITB?

Penjelasan Pak Irvan adalah bahwa ITB hanya melihat sertifikat berskala nasional atau internasional yang diadakan lembaga dinas pendidikan (sekelas olimpiade resmi dari pemerintah) dan yang sesuai dengan bidang studinya. Misalnya juara olimpiade matematika nasional untuk masuk jurusan matematika. Kalau lombanya tidak sesuai dengan jurusannya, ya tidak dipertimbangkan. 

Jadi begitu ya, bukan asal sertifikat loh! SNBP beneran fokus ke nilai rapor sesuai standar kalibrasi ITB. Dan mereka sebenarnya sudah punya data ini dari beberapa tahun lalu. 

Lantas bagaimana kalau sekolah yang belum punya track record alumninya di ITB. Nah itu bisa dimulai dari jalur SNBT. Semakin banyak yang ikut SNBT dan tembus ITB, tentunya akan menambah data ITB mengenai sekolah tersebut.

Dari salah satu teman yang bekerja di FTI, menurutnya sekarang asal sekolah para mahasiswa ITB itu begitu beragam. Kalau dulu hanya SMA favorit provinsi dan kabupaten yang bisa tembus ke ITB. Sekarang banyak yang berasal dari SMA yang tidak terkenal. 

Benarkah ITB Haram Dijadikan PTN Kedua?

Nah ini juga pertanyaan menarik. Saya pun sempat melihat beberapa flyer yang beredar mengenai beberapa PTN-PTN yang konon tidak mau dijadikan pilihan kedua. Apa itu benar?

Di hari pertama, Pak Irvan sudah sempat menjelaskan mengenai hal ini. Jadi ya, sebenarnya yang terjadi itu adalah seperti ini. Ketika data pelamar masuk, otomatis ke PTN pilihan pertama. Baru setelah tidak keterima, data itu dikirimkan ke PTN pilihan kedua. 

Masalahnya, PTN pilihan pertama kuotanya sudah keburu penuh. Itulah yang menyebabkan PTN-PTN favorit jarang sekali menerima pilihan kedua. Masuk akal kan? 

Apakah Anak SMK Bisa Masuk ITB?

Pertanyaan menarik lain adalah kemungkinan anak SMK masuk ITB. Sementara banyak anak SMK yang tidak mendapatkan mata pelajaran Fisika dan Kimia sebagai salah satu syarat mata pelajaran pendukung.

Menurut Pak Irvan, ITB terbuka untuk SMK. Namun mungkin nilainya tidak akan bisa bersaing kalau masuk melalui jalur SNBP karena tidak punya DUA nilai dari mata pelajaran pendukung. Anak SMK bisa masuk ITB melalui jalur SNBT dan mengikuti tes. Selama nilainya lolos, tentunya bisa diterima di ITB.

Kesan Tiga Hari Open House ITB 2025

Benar-benar acara yang luar biasa! Ini nih acara yang dibutuhkan oleh anak SMA dan para orang tuanya. Terharu sekali melihat anak-anak ini semangat mencari tahu mengenai jurusan yang menjadi minat mereka. Juga para orang tua yang mendampingi anak-anak ini. 

Dalam tiga hari, informasi yang didapatkan sangat lah lengkap dan mencerahkan. Di mulai dari gambaran besar kurikulum baru ITB 2024. Lalu pengenalan detail mengenai 12 fakultas dan sekolah dari para dosen, alumni, dan mahasiswa. Ada juga penjelasan lengkap tentang pasca sarjana dan pendidikan non gelar di ITB. Bahkan sampai pengenalan fasilitas berbagai kampus ITB. Belum lagi acara-acara menarik di inspiration stage 1 dan 2 yang terletak di selasar utara dan selatan. 

Saya yakin, anak-anak ini pulang dengan membawa mimpi dan motivasi tinggi untuk mempersiapkan diri. Tujuan mereka jadi lebih jelas sekarang. 

Benar-benar acara yang daging semua selama tiga hari ini. Saya sampai bingung untuk bisa menuliskannya saking banyaknya informasi yang ingin dibagikan dan disimpan dalam bentuk tulisan. 

Saya harap rekaman acara masih bisa ditonton di Youtube Institut Teknologi Bandung. Tadinya saya ingin meng-embed link youtube acara hari pertama, kedua, dan ketiga. Ternyata acara hari pertama dan kedua hanya bisa dilihat oleh yang memiliki link saja. Menurut saya, acara ini sangat bagus dan perlu ditonton oleh banyak orang. Terutama pengenalan Kurikulum ITB 2024 dan pengenalan setiap fakultas. 

Terima kasih untuk ITB yang menyelenggarakan acara sebagus ini untuk calon putra-putri terbaik bangsa. 

merchandise open house itb
Hasil kekepoan Raka di booth FTI ITB


Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

1 komentar untuk " Oleh-oleh dari Open House ITB 2025 (Bagian 3)"

Comment Author Avatar
Kerennnn sekali mama shan informasinyaa...terima kasihh ..