Lindungi Diri dari Penipuan Digital dengan Menulis

Saya tu paling sedih kalau mendapatkan info mengenai penipuan. Terlebih yang menimpa teman-teman sendiri atau orang-orang terdekat kita. Ada-ada saja modus penipuan sekarang ini.

Beberapa modus penipuan yang terjadi di sekitar saya:

#1 Mencatut nomor WA lalu dipakai untuk meminta uang pada daftar kontak. Saya perhatikan, ini sepertinya mereka mengambil nomor WA di Facebook dan daftar pertemanannya juga. Tadinya saya pikir tidak ada orang yang akan tertipu modus ini. Ternyata ada juga yang sampai mentransfer dalam jumlah besar karena percaya temannya itu benar-benar membutuhkan bantuan. 

#2 Tertipu toko online yang menjual barang dengan harga miring. Tidak tahunya mengarahkan kita untuk mentransfer seluruh isi tabungan kita. Bisa jadi efek senang dapat barang impian dengan harga murah, fokus pun jadi buyar sehingga mudah terpedaya oleh penipu.

#3 Ikut investasi bodong secara online hanya karena ditawarkan oleh orang yang mereka percaya. Walau sudah berulang kali diberitakan, tapi ya tetap saja korbannya banyak. Mana biasanya jumlah nominalnya pun besar. 

#4 Job sederhana yang menawarkan keuntungan, namun selanjutnya harus transfer uang.

#5 Ditelpon dan diminta untuk transfer karena ada kondisi darurat. 

Kebetulan untuk kasus terakhir ini sempat terjadi di sekolah anak saya. Jadi pada suatu hari semua orang tua mendapatkan telepon bahwa anak mereka celaka di sekolah dan harus segera transfer uang. Penipu ini tidak tahu kalau sekolah anak saya itu, hanya 200 meter dari rumah. Tentu saja yang saya lakukan adalah segera lari ke sekolah untuk mendapatkan informasi. Ternyata, banyak orang tua yang mendapatkan telepon yang sama. Ini kan keterlaluan sekali, artinya data itu jebol dari pihak sekolah. 

Masya Allah, segitu jahatnya ya orang-orang sekarang ini. Sudah nggak ada takut-takutnya sama yang namanya KARMA. Bahwa apa yang kita tabur, akan kita tuai. Cepat atau lambat.

Sebenarnya yang bikin gemes itu, adalah kenyataan mengapa masih saja ada yang tertipu oleh modus-modus lama seperti ini. Tapi memang ya, hari sial tidak ada di kalender katanya. Namanya juga musibah.

penipuan digital

Cerita Emak Blogger yang Menyelamatkan dari Penipuan

Tapi harus saya akui, saya sangat salut dengan teman-teman blogger. Betapa sering saya terbantu dengan tulisan di blog dari teman-teman blogger ini. 

Mungkin karena dasarnya pada suka menulis ya. Setiap pengalaman yang dialami, umumnya para blogger akan menuliskannya di blog untuk menjadi pelajaran buat orang lain. Sekaligus pengingat kejadian tersebut.

Semoga tidak perlu lah ya tertipu sampai dua kali. Dan tentu saja tidak ada orang lain yang perlu tertipu juga.

Saya ingat ketika dulu marak penipuan ke telpon rumah dengan meminta kita membayar tunggakan telepon yang mencatut nama kita. Waktu itu saya sempat googling dulu. 

Tidak menyangka, saya diarahkan ke blog teman emak blogger Makasar Mugniar Marakarma yang menceritakan pengalaman yang sama. Postnya Penipuan Mengaku dari Telkom yang tayang pada 3 Oktober 2022 itu cukup viral. Mendapatkan 180-an komentar dan dibuka hingga 30 ribu kali pada 3 bulan pertamanya. 

Cerita lain datang dari teman emak blogger yang sama-sama tinggal di Bandung. Lendyagasshi menceritakan pengalamannya tertipu saat membeli mesin jahit di Tiktok Shop dalam post yang tayang pada 21 Juli 2023 lalu. 

Beneran nggak nyangka, modusnya bisa seperti yang dialami Lendy. Siapa sangka membeli barang di market place yang kita sangka aman-aman saja, ternyata bisa diarahkan untuk bertransaksi di luar market place. Dan dari sanalah, mereka mengarahkan korban untuk tanpa sadar mentransfer seluruh isi rekening mereka.

Mungkin nggak terlalu sedih kalau uang di rekening minimalis. Lah, bagaimana yang uang di rekeningnya untuk menyambung hidup sepanjang bulan atau merupakan tabungan keluarga? Asli ini serem sekali! 

Dari cerita Lendy & Mugniar, kita jadi bisa lebih awas.

keberpihakan pada literasi digital

Ketika Para Emak Menulis dan Membaca

Salah satu yang membuat saya masih suka ngeblog sampai sekarang adalah karena memang merasakan banyak manfaat dari hobi ngeblog ini. 

Walau banyak orang bilang, Emang siapa sih yang masih baca blog sekarang ini? Atau Kenapa nggak buat story IG saja yang lebih simple? 

Menurut saya, menuliskan pengalaman di blog itu bisa memberi dampak yang lebih jangka panjang. Dan yang pasti, lebih mudah ditemukan oleh Mbah Google.

Seperti tulisan Mugniar dan Lendy, hingga lebih dari setahun masih bisa kita googling dan ditemukan oleh mereka yang membutuhkannya. 

Dengan menulis dan ngeblog, circle saya membuat saya bertemu dengan teman-teman sesama blogger yang suka membagikan tulisan mereka. Saya biasa membaca tulisan mereka yang menarik, yang mereka bagikan di media sosial.

Bisa jadi saya tidak memerlukannya saat ini, tapi saya ingat kemana saya perlu mencari informasi saat membutuhkannya. Kadang kalau saya lupa dan hanya ingat siapa penulisnya, biasanya akan saya japri. 

“Kamu kapan itu rasanya nulis tentang masalah ini kan ya? Bisa minta linknya?” 

Dan dengan mudahnya kita menemukan informasi yang kita butuhkan. 

Kalau kata seorang teman blogger yang lain (sebut saja namanya Rella, seorang emak blogger Malang):

 “Sampaikan walau hanya satu link.” 

Ya, kebiasaan menuliskan pengalaman itu bisa sangat membantu orang lain. Sekaligus melatih otak kita biar lebih kritis saat mengalami sebuah kejadian.

ngeblog bersama keb

Yuk Kita Ngeblog

Dengan menulis kita belajar untuk menyampaikan informasi dengan runtut dan mudah dipahami orang lain. Tidak bisa hanya menulis, karena kita pun akan dipaksa untuk membaca tulisan teman lain yang sama-sama ngeblog dengan saling blogwalking. 

Dengan membaca tulisan orang lain, kita bisa belajar banyak dari pengalaman mereka. Bahkan dari yang tulisannya masih banyak kekurangannya saja, kita tetap bisa belajar untuk bisa menulis dengan lebih baik. 

Intinya, ngeblog itu memang banyak manfaatnya sih.

Terima kasih kepada komunitas KEB yang sudah setia mewadahi para emak selama 13 tahun ini, untuk setia ngeblog dan berjejaring dengan sehat. Semoga #KEBerpihakan KEB terhadap Literasi Digital bisa terus membantu masyarakat untuk terhindar dari berbagai penipuan digital. 

Yuk Mak, mari kita ngeblog!


Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Lindungi Diri dari Penipuan Digital dengan Menulis"