Apakah Anak Perlu Bimbel?
Hari gini, sepertinya semua anak sekolah ikut bimbel atau les tambahan pelajaran sekolah. Kalau dulu, paling hanya anak SMA yang akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi saja yang ramai ikutan bimbel. Sekarang, segala anak SD saja sudah sibuk ikut bimbel.
Anak-anak saya, Raka yang sekarang kelas 12 dan adiknya Sasya yang duduk di kelas 8 belum pernah ikutan bimbel. Paling ketika menjelang UN SD, Raka pernah sempat ikut bimbingan singkat beberapa pertemuan di salah satu bimbel saja. Selebihnya mengandalkan belajar sendiri.
Alhamdulilah walau tanpa bimbel, nilai anak-anak masih aman. Setidaknya untuk di kelas, mereka masih bisa mempertahankan peringkat pertama dan bersaing dengan anak-anak yang ikut bimbel.
Alasan Tidak Ikut Bimbel
Ada beberapa alasan kenapa anak-anak nggak bimbel selama ini.
#1 Biayanya Mahal
Mungkin karena paketnya untuk setahun, bimbel ini biasanya harganya cukup mahal untuk kantong kami. Padahal memang sih, kalau dihitung per pertemuan, jatuhnya cukup wajar sih.
Tadinya sempat berpikir apakah les dengan guru privat lebih murah? Ternyata jatuhnya tidak juga. Apalagi kalau ingin guru yang berpengalaman ya. Hanya saja, bedanya guru privat itu kita bayarnya cukup per bulan. Jika tidak ingin lanjut, tinggal berhenti saja. Tidak perlu mengikat kontrak panjang seperti dengan bimbel.
#2 Sudah Terlalu Capek
Kegiatan sekolah sekarang cukup menyita waktu. Anak-anak itu pulang sekolah sudah menjelang ashar. Belum lagi kalau ada kegiatan tambahan yang kadang bisa sampai menjelang magrib.
Biasanya pulang sore itu, mereka sudah terlalu kelelahan untuk mengisi kepala dengan pelajaran lagi. Kalau tidak tidur, ya main ponsel saja. Yang pasti, otak ngadat ketika diajak buka buku pelajaran.
#3 Ada Kegiatan Lain
Sekarang pilihan kegiatan anak-anak itu banyak selain belajar. Dari OSIS, kegiatan ekskul, atau sekedar melakukan hobi. Menurut saya ini lebih sehat sih untuk keseimbangan otak mereka.
Anak-anak ini sudah cukup penat seharian belajar. Jadi pengennya melakukan yang menyenangkan dan relax di sore hari. Kalau Raka biasanya sibuk dengan teman-teman OSIS-nya. Sementara Sasya memilih pulang dan tidur. Paling memuaskan diri main ponsel karena selama di sekolah, ponselnya disimpan.
#4 Belum Merasa Butuh
Bisa jadi karena nilai yang masih aman itu, yang membuat anak-anak belum merasa butuh bimbel. Masih bisa belajar sendiri katanya.
Makanya saya kadang berpikir, kalau jadi marketing bimbel, saya akan mengundang anak-anak juara kelas untuk bimbel di tempat saya dengan diskon besar, bahkan bila perlu free. Saya pernah tahu ada sekolah yang anak peringkat satunya dapat free bimbel, sementara peringkat dua dan tiganya dapat diskon besar.
Karena pasti anak-anak juara kelas akan selalu ditanya ikut bimbel di mana. Pasti banyak yang percaya dengan rekomendasi anak juara kan. Walau sebenarnya mereka nggak butuh-butuh amat pelajaran tambahan. Jadi bisa sebagai marketing terselubung yang manjur.
Kelebihan Tidak Bimbel
Dari pengalaman Raka dan Sasya, saya jadi bisa melihat kelebihan tidak ikut bimbel. Anak-anak jadi berusaha lebih keras untuk bisa memahami materi. Mereka harus lebih kreatif melihat soal dan mencari jawabannya sendiri tanpa bisa mengandalkan guru tambahan.
Guru sekolah, entah kenapa sekarang ini sangat sulit diandalkan untuk bisa membantu pemahaman siswa. Entah karena murid sekelas yang mencapai hampir 40 orang dengan gaya belajar yang beda-beda, atau memang gurunya beneran tidak mengajar optimal karena sibuk dengan masalah administratif.
Secara jangka panjang, belajar mandiri menurut saya lebih baik. Mungkin lambat dan perlu energi extra, tapi anak jadi benar-benar bisa memahami materi dengan gayanya sendiri. Anak- anak jadi punya kesempatan untuk mengenali gaya belajar mereka sendiri. Bukan yang diberikan begitu saja di bimbel.
Saya sendiri adalah anak bimbel saat kelas 3 SMA. Saat itu saya memilih Bimbel Nurul Fikri di Jakarta, sementara sekolah saya di Karawang. Jadi saya bersama 2 orang teman lain, sepulang sekolah yang saat itu sekitar pukul 1 siang naik bis Karawang-Cawang untuk ikut bimbel pukul 3 hingga 5 sore. Biasanya kami tiba di rumah menjelang Isya.
Yang saya rasakan sebagai anak bimbel yang tidak terlalu cerdas, saya sebatas belajar menghapal pola. Mengerjakan sebanyak mungkin soal dengan cepat. Tapi sayangnya tidak benar-benar paham. Mungkin kalau anaknya pintar, pemahaman akan sejalan dengan kemampuan melihat pola. Sayang itu tidak terjadi pada saya. Jadi begitu di kuliah, dimana soal dibolak-balik, saya jadi kebingungan. Ini yang saya lihat sisi jeleknya bimbel.
Kelebihan lain tidak bimbel yang paling terasa tentu saja waktu istirahat. Ya istirahat fisiknya, ya istirahat otaknya. Bisa jadi saat istirahat ini otak menjadi lebih mudah menyerap materi.
Memilih Bimbel untuk Sasya
Tapi hari ini ada yang berbeda. Kami memutuskan untuk mencoba mengambil bimbel untuk Sasya.
Loh kenapa?
Pertama karena Sasya sempat menonton video dari Ruang Guru yang dia suka. Menurutnya penjelasannya bagus. Dia jadi kepengen melihat penjelasan materi yang lain.
Nah ini bagus, kalau anaknya yang suka. Menurut saya, bagus juga kalau anak-anak mendapatkan penjelasan materi yang utuh. Sebagai pengganti tidak mendapatkannya di sekolah.
Kedua, Sasya memilih bimbel online karena menurut dia waktunya lebih fleksibel. Karena dia bisa belajar malam setelah beristirahat sebelumnya. Tidak sanggup katanya kalau harus pergi ke tempat bimbel lagi sepulang sekolah seperti teman-temannya yang lain.
Dan alasan ketiga adalah karena harganya cukup terjangkau dibandingkan bimbel offline lain. Bahkan ada diskon lumayan untuk anak dengan nilai yang bagus.
Kesimpulan
Urusan bimbel untuk anak sekolah memang sangat personal ya.
Saya punya banyak teman yang anaknya tidak bimbel dan baik-baik saja prestasinya. Ada juga yang bimbel, tapi hasilnya tidak optimal karena anaknya kelelahan. Tapi banyak juga yang berprestasi bagus sebagai jebolan anak bimbel.
Kemungkinannya bisa sangat beragam. Yang utama kembali kepada komunikasi antara anak dan orang tuanya. Apakah benar-benar perlu bimbel atau bisa belajar sendiri.
Teman-teman sendiri pro bimbel dan les tambahan pelajaran sekolah atau tidak? Ceritakan di kolom komentar ya.
Posting Komentar untuk "Apakah Anak Perlu Bimbel?"
Posting Komentar