Antara ChatGPT, Blog dan Portal Media Online

antara chatgpt blogpost

Teman-teman tentunya akrab dengan yang namanya blogpost, chatGPT, dan portal media online. Masing-masing berlomba-lomba ingin memberikan informasi sebanyak mungkin kepada pembacanya. 

Apakah salah satu lebih bagus dibanding yang lain? Atau mungkin ada yang perlu gulung tikar saja? Banyak yang bilang blogpost itu sudah semakin jarang dibaca orang. Kalah pamornya dibandingkan portal media online yang biasanya selalu nomor satu dalam mesin pencarian. 

Misalnya saja kamu lagi bingung mengenai cara menulis di blog. Lalu kamu menuliskan kata kunci di google: Cara menulis di blog. 

Berbeda dengan Google zaman dulu yang merekomendasikan artikel portal media online dengan traffic tinggi. Lalu kita akan klik artikel tersebut dan membaca penjelasannya. Sering, jawabannya tidak sesuai dengan harapan kita. Kadang nanya kemana, jawaban kemana. Kesel banget nggak sih.

Sekarang Google sudah lebih pintar. Yang pertama direkomendasikan Google saat pengguna memasukkan kata kunci adalah langsung pada jawaban yang diharapkan. Kita tidak perlu repot buka link artikel, karena sudah diresumekan jawabannya berdasarkan sejumlah artikel di portal media oleh AI yang dimiliki Google. 

Benar-benar menghemat waktu banyak kan ini!

portal media online

Tapi saya merasa jawaban dari AI-nya Google ini tidaklah sebagus jawaban dari ChatGPT untuk pertanyaan atau kata kunci yang sama. 

Menurut saya, untuk semua pertanyaan rasanya lebih akurat dengan bertanya ke ChatGPT daripada ke Google. Kelihatan sih lebih pintarnya si ChatGPT ini. 

Itu sebabnya saya sih lebih memilih ChatGPT untuk pertanyaan teknis seperti: Bagaimana sih cara membuat blogpost yang disukai banyak orang? Bagaimana cara membersihkan kulit yang kusam? Atau Bagaimana mengatur manajemen waktu  untuk ibu rumah tangga agar hidupnya produktif?

ChatGPT sangat bisa diandalkan untuk memberikan jawaban terbaik. Bahkan kita bisa ngobrol panjang untuk penjelasan yang lebih lengkap. 

Portal media online yang mengandalkan artikel 'pertanyaan sejuta umat' seperti ini, menurut saya pasti akan mati pada waktunya. 

Portal media online rasanya lebih menarik untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai sesuatu. Seperti misalnya breaking news. Bukan lagi mengandalkan artikel-artikel yang menjawab 'pertanyaan sejuta umat', yang jawabannya bisa dengan mudah dicari orang dengan chatGPT.

Lalu bagaimana dengan blogpost? Kalau semua bisa dijawab di chatGPT, lantas apakah blogpost masih diperlukan? 

chatGPT

Potensi Terpendam Blogpost

Setelah membaca sejumlah blog teman-teman, saya semakin bisa melihat kalau blog itu punya potensi terpendam yang membuatnya tetap bisa memiliki pembaca. Nggak usah minder dengan chatGPT dengan kepintarannya atau dengan portal media online yang selalu siap dengan berita terkini. 

Blogpost itu ternyata bisa sangat menarik isinya ketika ia mampu memberikan sudut pandang personal dari penulisnya. Ini yang tidak bisa didapat dari chatGPT atau portal media online. 

ChatGPT itu terlalu mesin. Ia hanya mengumpulkan data dari berbagai sumber. Tapi terasa kurang manusiawi dan pendekatan solusinya terasa begitu kaku. Sementara portal media online terlalu mengutamakan kuantitas.

Sementara di blogpost, kita bisa membaca langsung pengalaman seorang manusia. Bisa jadi subjektif. Tapi terasa manusiawi. Dan mungkin saja lebih cocok dengan kebutuhan kita.

Misalnya saja untuk kata kunci: Cara membuat blog. Kita masuk ke blog seorang teman yang kita kenal. Dengan kata kunci tersebut, kita bisa membaca pengalamannya saat membuat blog. Lalu ketika kita bingung, kita bisa langsung bertanya padanya. Bahkan kalau beneran kenal dan punya WA-nya, kita akan chat langsung.

Entah kenapa, kalau saya sih lebih percaya dengan tulisan teman-teman yang saya kenal daripada yang lainnya.

Blog itu idealnya menjadi kumpulan pengalaman manusia nyata dengan berbagai macam kondisi. Bisa jadi jangkauannya tidak seluas hasil algoritma google. Namun ia akan menemukan pembacanya. 

Misalnya saya lagi banyak uang dan ingin membeli sebuah mobil listrik. Saya akan ingat kalau teman saya ada yang pernah menulis pengalamannya tentang mobil listrik ini. Maka saya akan menuju ke blognya untuk penjelasan lebih lengkap. Bukan ke chatGPT atau ke portal media online. 

Jadi penting buat blog untuk tetap diisi dengan pengalaman personal yang tentu saja sebaiknya jujur. Karena itu yang masih dicari orang sekarang ini. 

Mungkin banyak orang yang suka menanyakan masalahnya di media sosial untuk menemukan jawaban instan dari siapa pun yang mampir. Sebuah cara yang sebenarnya bisa terlalu acak jawabannya. Apalagi kalau orang yang baca salah paham. Kita nanya kemana, dijawabnya kemana. Mana pakai julid bin kasar lagi. Nyebelin banget nggak tuh.

Di sini juga gunanya blogwalking. Dimana kita punya referensi terhadap pengalaman teman-teman yang kita nilai bagus.

ChatGPT cukup bagus diandalkan untuk membantu membuatkan kerangka tulisan saja. Strukturnya saja. 

Seperti untuk menjawab pertanyaan: Cara menulis di blog yang menarik. Nah kita bisa bertanya mengenai apa saja yang perlu kita sampaikan dan bagaimana urutannya biar mudah dipahami pembaca. 

Walau tetap saja sih, kita perlu pakai rasa juga dalam menerjemahkan usulan mesin pintar ini. Bagaimana pun juga, mereka adalah mesin yang tidak punya emosi. Tulisan dengan emosi, terasa lebih menyentuh dan pas untuk pembaca manusia. 

Akhir kata, sebenarnya saya ingin bilang kalau menulislah di blog dengan hati. Berbagilah hal-hal yang benar-benar merupakan pengalaman jujurmu. Tidak harus bagus dan luar biasa, yang penting bisa dipahami oleh orang lain. 

Karena sayang sekali kalau blog isinya sekedar copasan dari chatGPT. Kamu pasti kalah dengan chatGPT yang asli. 

blog


-----

(1 jam 800 kata)

Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Antara ChatGPT, Blog dan Portal Media Online"