Waspadai Koleksi Barang Tak Berguna di Rumah

barang koleksi

Suka nggak sih punya barang koleksi lucu-lucu? Pasti menyenangkan rasanya kalau barang-barang yang kita kumpulkan bertahun-tahun dengan penuh kesabaran menghiasi rumah dan mengundang decak kagum orang-orang yang melihatnya.

Seperti koleksi lonceng dari berbagai negara si Butetnya teman saya Alfi, koleksi vespa suaminya Mbak Dewi, atau koleksi souvenir sendok dan batiknya Bu Hani. Asli deh keren-keren dan jadi pengen punya barang koleksi yang seru juga setelah melihatnya.

Konmari Barang-barang Koleksi

Sebenarnya sejak mengetahui metoda Konmari beberapa tahun lalu, saya mulai kurang suka mengumpulkan benda-benda koleksi. Bawaanya kalau lihat barang lama nggak kesentuh, pengennya dibuang aja. Apalagi kalau itu barang anggota keluarga yang lain. 

Konmari yang pada prinsipnya adalah menghilangkan barang-barang yang tidak “spark joy” dalam hidup kita dan hanya menyimpan barang yang benar-benar kita perlukan saja. 

Barang yang kita pakai setidaknya sekali dalam 1 tahun, masih ok lah untuk kita simpan. Tapi kalau sampai di atas 3 tahun tidak dipakai, tidak dilihat, dan hanya sekedar menghabiskan ruang di rumah kita, tidak ada alasan untuk tidak segera diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan. 

Saat beres-beres rumah, nggak nyangka saya baru sadar kalau saya punya koleksi barang-barang sampah yang tidak berguna di rumah.

Berikut beberapa di antaranya:

#1 Tas Spundbond serbaguna

koleksi tas spundbond

Saya sebenarnya baru tahu kalau untuk tas dari kain yang biasa dibagikan saat hajatan atau wadah souvenir ini istilahnya Spundbond. Ternyata Spundbond itu adalah nama jenis kainnya. 

Saya selalu suka warna-warni tas spundbond dengan berbagai macam bentuk dan ukurannya. Biasanya cantik-cantik. Apalagi kalau dikombinasikan motifnya. 

Awalnya saya punya selaci penuh tas jenis ini. Faktanya saya sangat jarang menggunakan kembali tas ini. Paling hanya 1 tas yang biasa dipakai untuk laundry bag kalau bepergian. Atau sesekali kalau mau memberikan barang ke orang lain. Ah, paling saya butuhnya cukup 3-5 tas saja. Jadi bye-bye deh selaci penuh tas spundbondku.

#2 Thinwall wadah makanan plastik

koleksi thinwall

Saya suka banget sama wadah makanan dari plastik tipis yang murah meriah ini. Biasanya kalau dapat dari mana-mana, saya sulit untuk membuangnya. Cukup saya cuci bersih lalu disimpan. Nggak terasa, jumlahnya pun menggunung. Mana tutupnya pada nggak jelas yang mana lagi.

Apakah koleksi thinwall tersebut saya gunakan kembali? Ternyata tidak. Untuk makanan matang, saya masih mengandalkan kemasan plastik yang lebih kokoh sejenis Tupperware dan saudara-saudaranya itu. 

Saya paling membutuhkan thinwall ini sebagai tempat untuk mensortir puzzle kalau kami sedang main puzzle. Nggak tega saya makenya kalau untuk menyimpan makanan, walau sudah dicuci bersih.

Jadi, Thinwall adalah satu koleksi lagi yang saya kurangi di rumah. Cukup menyisakan 5-7 wadah saja. 

#3 Toiletries dari hotel

koleksi toiletries

Dasar ya orang Indonesia kere yang nggak rela lihat barang bagus, saya merasa berdosa kalau tidak membawa pulang toiletries dari hotel yang lucu-lucu itu. 

Saya ingat ketika mengikuti program IATSS di Jepang selama 55 hari dan kami dapat tempat tinggal di asrama yang toiletriesnya diganti setiap hari, saat pulang saya mengisi koper saya setengahnya dengan segala pernak-pernik mandi ini.

Alhasil, saya punya selaci penuh sabun, shampo, sikat gigi, sisir kecil, dan sejenisnya itu. Awalnya saya berpikir akan saya pakai kalau kami berenang atau bepergian.

Faktanya, saya bisa dibilang tidak pernah memakai kembali hingga bertahun-tahun kemudian. Kami lebih mengandalkan bawa sabun dan shampo yang biasa kami kami di botol untuk traveling.

Dengan berat hati, koleksi toiletries pun saya hibahkan kepada orang lain.

 #4 Bon Belanjaan

koleksi bon belanjaan

Entah saya ini kesambit apa, kok ya hobi banget deh ngumpulin bon-bon belanjaan. Favorit saya adalah bon dari supermarket saat belanja bulanan atau mingguan yang panjang banget itu. 

Di kepala saya, saya pikir saya memerlukannya untuk dibandingkan dengan pengeluaran bulan depannya atau saat belanja lagi di toko lain. Biar ingat saja. Atau kadang-kadang terpikir mungkin bisa memanfaatkan bagian belakang bon tersebut untuk kertas coret-coret. 

Faktanya, jarang sekali saya menyentuh kembali kertas-kertas putih panjang itu. Bahkan seringnya saya malah kehilangan bon yang benar-benar dibutuhkan karena ketumpuk dengan kertas bon yang lain. 

Saya akhirnya membuang sekeresek besar bon-bon yang kami miliki. Bon-bon yang penting cukup saya foto dan simpan arsipnya di folder khusus. Ini biasanya bon reparasi barang elektronik, bon pembelian barang-barang mahal, atau bon material bangunan seperti cat untuk mengingat kemarin itu beli cat warna apa sih.

#5 Baju Bekas untuk Kain Lap

koleksi baju bekas untuk kain lap

Ini termasuk salah satu koleksi yang agak menyita tempat. Biasanya kalau melipat baju dan menemukan ada baju yang robek, saya akan menyisihkannya. 

Favorit saya tentu saja pakaian dengan bahan kaos. Karena ini paling asyik buat lap-lap kompor yang berminyak. Sekali pakai langsung buang dan tidak perlu dicuci.

Tapi apa saya benar-benar memakainya? Faktanya nggak juga. Saya lebih memilih melap kompor atau meja dapur dengan tissue basah yang lebih tipis dan sekali buang. Baru kemudian pakai kain lap yang bisa dicuci ulang. Jarang sekali saya memanfaatkan baju bekas ini. 

Koleksi pakaian bekas termasuk pakaian dalam dan kaos kaki yang tidak terpakai, harus saya ikhlaskan demi memiliki tempat yang lebih lapang di rumah.

#6 Barang Elektronik Rusak

Koleksi elektronik rusak

Entah barang elektronik sekarang lebih mudah rusak atau memang kita yang suka gonta-ganti barang elektronik, tidak terasa kami punya setumpukan barang elektronik rusak di rumah.

Ada yang disimpan rapi di balik pakaian, di pojok laci, atau di gudang yang saya pun sampai lupa pernah punya barang tersebut. Sebut saja hp jadul dan chargernya, kamera bekas, kalkulator, jam, tablet, laptop, DVD player, lampu meja, dan tentu saja seabrek-abrek kabel yang melilit menjijikkan. Asli banyak banget ketika dikumpulkan.

Awalnya kami terpikir untuk membuangnya ke penampungan resmi. Tapi mikir mau bawanya ke tempatnya dengan beberapa keresek besar aja sudah lelah duluan. 

Akhirnya kami ikhlaskan diambil tukang rongsokan hanya dengan beberapa puluh ribu rupiah saja. Kami anggap jasa tolong buangin aja deh. Syukur kalau ia rajin memperbaiki atau bisa menjual kembali dengan harga yang lebih layak. 

#7 Sisa Koin dari Luar Negeri

Koleksi koin sisa

Walau tidak terlalu makan tempat, koin dari luar negeri ini sebenarnya buat saya termasuk barang-barang yang saya tidak tahu gunanya apa juga. Tapi tetap saja saya kumpulkan karena sayang buat dibuang. Toh bisa nyempil di dalam laci kok.

Tapi seperti kata Marie Kondo, kalau tidak ada gunanya ya ikhlaskan saja. Lumayan kan tempatnya bisa untuk menyimpan koin yang lebih berharga seperti koin seribuan atau 5 ratusan saja. Laci bisa jadi lebih rapi hanya untuk barang-barang yang memang benar-benar dibutuhkan saja.


Memilih Koleksi yang Spark Joy

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan memiliki barang koleksi. Banyak juga sih manfaat yang bisa didapat dari memiliki barang koleksi yang tepat. 

Barang koleksi sejatinya bisa membantu kita untuk melepas stres, membuka wawasan, melatih kesabaran untuk mencari dan mengumpulkannya, dan tentu saja kebanggaan. 

Setelah pengalaman menumpuk barang yang tidak-tidak, saya akhirnya membuat kriteria mengenai barang koleksi:

#1 Langka dan Unik

Faktor kelangkaan dan keunikan merupakan hal penting untuk membuat kita tidak sembarangan menumpuk barang. Asal punya uang langsung beli sebanyak-banyaknya. Biasanya kalau terlalu mudah mendapatkannya, kita akan mudah bosan juga. 

Harga yang mahal juga bisa jadi faktor yang membuat koleksi kita semakin berharga dan unik. 

#2 Tematik

Memilih tema yang spesifik akan membuat kita lebih selektif untuk mengumpulkan koleksi yang kita sukai.

Misalnya anak saya sekarang ini lagi suka dengan koleksi Lego Ferrari. Spesifik hanya Lego yang mengeluarkan berbagai seri model Ferrari saja. Bukan sekedar lego mobil secara umum.

Atau yang suka tanaman, memilih mengoleksi jenis anggrek tertentu saja. Yang suka buku, memilih koleksi buku dengan genre tertentu. 

#3 Membuka Wawasan

Ketika membaca buku Kita dan Mereka, penulisnya Agustinus Wibowo banyak mengambil pelajaran sejarah menarik dari koleksi perangkonya. 

Jadi mengumpulkan barang koleksi itu bukan sekedar mengikuti trend untuk mengumpulkan sesuatu saja, tapi juga memang memiliki ketertarikan untuk mencari tahu hal-hal menarik dibalik koleksi itu. Serunya koleksi itu ternyata memang di bagian ini ya.

#4 Memiliki ruang untuk bisa menikmatinya

Ini juga penting untuk kita memastikan barang-barang koleksi bisa kita nikmati. Kalau bisa sih jangan ditumpuk hingga berdebu atau bahkan dilupakan. 

Kalau buat saya yang rumahnya mungil saja, salah satu syarat barang koleksi adalah tidak boros tempat. 

koleksi prangko


Kurangi Koleksi Barang Tak Berguna

Kita memang perlu bijak dalam memilih barang koleksi. Bukan asal suka dan mengikuti trend saja. Tapi benar-benar memilih barang koleksi yang bisa memberi nilai tambah dalam hidup.

Jadi kepikiran untuk memiliki koleksi buku yang ditulis sendiri atau koleksi pencapaian dalam bidang menulis. Kayanya seru juga nih.

Kamu sendiri punya koleksi apa yang membuat mata-matamu berbinar-binar saat menceritakannya kepada orang lain? Atau kamu sekedar punya koleksi barang tak berguna di rumahmu seperti saya? 

Boleh ya dibagikan ceritanya di kolom komen.

tantangan mgn

Tulisan ini dibuat dalam rangka Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juli dengan tema Koleksi.


Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

2 komentar untuk "Waspadai Koleksi Barang Tak Berguna di Rumah"

Comment Author Avatar
Teh Shanty ... Iya nih aku juga masih ada barang elektronik yang disimpan alias dikoleksi, tapi rada takut nih efek sampingnya.
Comment Author Avatar
Setuju, hanya hp hp bekas yang belum tahu mau dibuang kemana. Khawatir juga jika masih menyimpan memory yang sifatnya pribadi.