9 Landmark Kota Bandung yang Paling Berkesan
Saya menulis post ini bukan dari sudut pandang turis yang baru datang pertama kali ke Bandung dengan tujuan punya foto di depan landmark terkenal ya.
Saya bukan turis di kota Bandung. Walau bukan kelahiran Bandung, saya bahkan tidak pernah jadi turis di kota ini.
Pertama kali tiba di Bandung pada pertengahan tahun 1993 sebagai mahasiswa baru di Kampus ITB. Cari kos, kuliah selama hampir 5 tahun, bekerja, menikah dengan orang yang tidak pernah tinggal lama di luar Bandung sejak hari kelahirannya, melahirkan sepasang anak, dan tidak terasa sudah 30 tahun punya KTP Bandung.
Dan saya baru sadar, bahwa saya tidak punya satu pun foto berpose ala turis di landmark-landmark yang sebenarnya sangat memberi arti dalam 30 tahun terakhir ini.
Landmark di Kota Bandung
Berikut cerita dari ke-9 landmark ini:
#1 Aula Barat dan Aula Timur ITB
Aula Barat ITB (sumber: ITB) |
Sebagai mahasiswa Arsitektur yang gedungnya tepat di sebelah belakang Aula Timur ITB, tentu saja bangunan kembar rancangan arsitek Belanda Henry Maclaine Pont tahun 1918 ini punya kesan yang mendalam. Bolak-balik dilewatin gitu loh.
Terlebih karena saya memilih Unit Kegiatan Pramuka yang pada saat itu sanggarnya terletak di dekat Aula Barat ITB. Terpisah jauh dari unit-unit kegiatan lain yang umumnya terletak di Student Center ITB. Jadi rute keseharian saya itu ya dari Jurusan Arsitektur - melalui Aula Timur - Aula Barat - Sanggar Pramuka.
Lalu mulai melipir ke landmark paling berkesan kedua.
#2 Mesjid Salman ITB
Mesjid Salman ITB (Sumber: NFarras wikipedia) |
Mesjid yang bentuknya nggak mesjid banget ini letaknya tepat di depan Jurusan Arsitektur. Kalau jam sholat dan butuh makan murah, ya tentu saja melipirnya ya ke Mesjid Salman.
Mesjid karya “arsitek 1000 mesjid” Pak Achmad Noe’man di mata saya adalah mesjid dengan nilai 100 karena kesederhanaan dan kefungsionalannya. Tempat sholat yang lapang dan adem dengan desain yang minimalis, terasnya yang bisa dipakai untuk belajar sampai ngobrol ngalor ngidul, dan tempat berbagai macam aktifitas yang sangat aktif.
Sayang sekali saya pernah ditolak untuk bisa jadi aktivis Salman karena IP-nya kurang. Sudah kurang alim, tak cerdas pula!
#3 Villa Isola
Sekarang kita main agak ke atas ya. Di kampus yang melahirkan para guru-guru se-Bandung Raya, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Jl. Setiabudi. Ada bangunan dengan style art deco bernama Villa Isola karya arsitek CP Wolff Schoemaker pada tahun 1932.
Bangunan yang awalnya berfungsi sebagai rumah pribadi sultan Belanda D.W. Barretty, kini beralih fungsi menjadi gedung rektorat UPI.
Saya sempat beberapa kali ke gedung ini dan selalu terpesona dengan keindahannya. Tamannya yang indah, pohon peneduh yang besar luar biasa, dan detail bangunannya yang memang cantik.
Setiap kali menuju Lembang, saya selalu melihat gedung ini seperti tersenyum dengan ramah sambil bilang: “Sabar ya… jalanan macet sampai ke Lembang.”
#4 Hotel Savoy Homann
Di mata saya hotel karya arsitek Albert Aalbers tahun 1939 ini bukan sekedar punya arti sejarah seperti yang ditulis di Wikipedia. Ini bisa dibilang hotel berbintang pertama yang saya masuki pada masa lagi kere-kere-nya sebagai mahasiswa Arsitektur.
Saat itu saya bergabung dengan Komunitas Bandung Heritage yang digawangi oleh Ibu Francis B. Affandi. Kebetulan, pertemuan komunitas ini sering di Hotel Savoy Homann.
Saya kaget banget ada ibu-ibu bule yang bahasa Indonesianya sangat fasih dan sangat mencintai bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Hingga sekarang, saya masih tertular semangat mencintai bangunan heritage di kota Bandung.
#5 Alun-alun Kota Bandung
Raka & Sasya menikmati rumput sintetis di Taman Alun-alun Bandung tahun 2015 |
Tidak jauh dari Hotel Savoy Homann, kita akan ketemu dengan yang namanya Alun-alun kota Bandung. Salah satu yang bikin alun-alun ini berkesan adalah ketika bisa menikmati masa pertama kali alun-alun dipasangi rumput sintetis yang nyaman buat para pengunjung.
Sayang sekali kondisi ini tidak lama berlangsung karena masyarakat ternyata masih kesulitan untuk bisa mengapresiasi fasilitas publik seperti di luar negeri.
#6 Gedung Sate
Ini bangunan yang mungkin paling sering saya lalui mondar-mandir selama 30 tahun ini. Ya depannya Jl. Diponegoro tempat banyak orang foto-foto, sampingnya Jl. Cilaki tempat Kantor Pos Cilaki, belakangnya sambil melihat taman tempat banyak orang foto pre wedding dari Jl. Hayam Wuruk dan Jl. Cilamaya.
Dan selama 30 tahun di Bandung tidak pernah sekali pun berfoto di sini! Bahkan belum pernah masuk ke bagian satenya itu.
#7 Balai Kota Bandung
Kalau yang ini buat saya seperti perluasan ruang tamu untuk menyambut para tamu. Maksudnya?
Posisi Balai Kota Bandung yang terletak di tengah kota dan mudah dicapai dari mana-mana menjadi pilihan yang cukup bijaksana untuk tempat ngumpul. Terlebih karena tamannya yang memang nyaman untuk kita bisa ngobrol sambil duduk-duduk santai.
Juga buat yang bawa anak-anak, bisa nyaman untuk berlarian di taman balai kota dan nggak bosan nungguin Mamahnya yang asyik ngobrol.
#8 Jalan Braga
Cinta saya sama Jalan Braga ini saya abadikan dalam sebuah tugas di masa kuliah. Bukan sekedar Jalan Braga yang dipenuhi para turis yang suka berfoto-foto di depan bangunan-bangunan bergaya kolonial itu. Melainkan selapis di belakangnya.
Di sana ada sebuah perkampungan yang begitu unik. Konturnya melereng ke arah Sungai Cikapundung. Saya pernah begitu larut mengimpikan bagaimana daerah ini berubah menjadi kawasan kampung yang sehat dan bersih.
#9 Taman Lalu Lintas
Kalau yang ini adalah taman kesukaan keluarga sejak anak-anak kecil. Berada di dalam taman lalu lintas itu seperti beneran berada di dalam hutan mini, padahal letaknya jelas-jelas dikelilingi jalan ramai di ke-4 sisinya.
Selain itu, hubungan saya dengan Taman Lalu Lintas ini juga terasa lebih mendalam karena pernah menjalin kerjasama sebagai alumni IATSS Forum, sebuah asosiasi keamanan berkendaraan yang disponsori oleh Honda. Kegiatan di Taman Lalu Lintas yang mendukung pengajaran terhadap anak-anak berlalu-lintas sempat mendapat bantuan dari IATSS Forum.
Jangan Lupa Foto di Landmark
Gitu deh cerita landmark ala warga kota yang sudah 30 tahun di kota ini. Ada rasa dalam setiap tempat yang tidak sempat terekam oleh foto. Bisa jadi karena terlalu menggampangkan bahwa saya pasti kembali ke tempat ini kapan saja saya inginkan.
Tapi bagaimana pun, karena tulisan yang dibuat dalam rangka Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan April dengan tema Landmark Kota (Dalam dan Luar Negeri) yang Sudah atau Ingin Dikunjungi sebagai usulan dari Mamah Aity, saya jadi merasa perlu untuk punya foto di setiap landmark kota Bandung. Nggak mau kalah sama turis ceritanya!
Apa kamu juga tidak lupa berfoto di tempat yang paling berkesan di tempat tinggalmu saat ini?
8 komentar untuk " 9 Landmark Kota Bandung yang Paling Berkesan"
Andai nggak dibatasi 1000 kata, kupengen berpanjang-panjang sebenarnya. Makanya sengaja dibuat listicle biar nanti bisa dieksplore lagi satu-satu.
Kalau Braga, ah ini mah setiap nge-Bandung, selalu ada di itinerary buat mampir ehehe. Suka sekali dengan nuansa historis dan retro vibe-nya. :)
Hotel Savoy Homann sudah saya target tapi belum kesampaian juga, ehehe. Pesona hotel-hotel baru selalu men-distract.
Braga, sudah pasti selalu mampir setiap ke Bandung. Belum bosan dengan vintage-nya, dan ada kopi enak di situ ehehe. Sayangnya tempat sampahnya hampir ga ada ya Mba. Kalaupun ada, kok pada ditutupin gitu. Hmmm.
Keren tulisannya, Mba Shanty. :)
Teh shanty nuhun yaa udh ikut tantangan Landmark bulan ini ❤️