Apakah Matilda Cocok untuk Bacaan Anak?
Setelah nonton film Matilda the Musical di Netflix, saya tiba-tiba jadi kangen buat baca-baca lagi novel Matilda di rak buku. Buku yang saya beli di awal tahun 1995, masih dengan harga 5 ribu saja. Saat itu masih terbitan Gramedia Pustaka Utama tahun 1993.
Versi terbaru, Matilda diterbitkan oleh Noura Publishing tahun 2018 dengan harga sampul Rp 75.000,-. Luar biasa ya inflasi itu.
Fiksi Anak yang Kasar
Premis cerita Matilda karya Roald Dahl dan ilustrasi dari Quentin Blake yang terbit tahun 1988 ini sebenarnya cukup sederhana. Tentang seorang anak 5 tahun yang jenius tapi keluarganya mengabaikannya.
Karakter utamanya adalah Matilda yang tinggal bersama orang tuanya Mr. dan Mrs. Wormwood serta kakak laki-lakinya berumur 10 tahun bernama Michael.
Ada juga Mrs. Phelps, pustakawan perpustakaan desa yang mengenalkan banyak buku kepada Matilda. Di sekolah Matilda memiliki guru yang menyadari kejeniusannya sejak hari pertama sekolah bernama Miss Honey. Untuk pemeran antagonis ada kepala sekolah yang sadis, Miss Trunchbull.
Yang Bikin Ngelus Dada dari Cerita Matilda
#1 Orang tua yang menganggap anaknya pengganggu
Ampun dah ya Mr. & Mrs. Wormwood itu. Kok ya bisa-bisanya ada orang tua yang memperlakukan anak perempuannya seperti bisul atau ketombe yang mengganggu.
Mereka itu bawaannya kalau lihat Matilda maunya marah aja dan tidak suka pada apa-apa yang dilakukan Matilda. Matilda sering banget dikata-katai dengan kasar oleh orang tuanya.
Dikatai anak berisik lah karena pada usia 1,5 tahun sudah bisa bicara. Dikatai bodoh lah. Dikatai pembohong lah karena bisa matematika. Benar-benar orang tua yang aneh.
“Itu karena kau ini sudah konyol, goblok lagi.” - Mr. Harry Wormwood
#2 Pilih kasih dengan saudara
Dalam buku aslinya, Matilda itu punya kakak laki-laki bernama Michael. Berbeda dengan dirinya, Michael lebih disayang dan diperhatikan oleh orang tuanya. Itu jelas-jelas karena Michael anak laki-laki dan Matilda anak perempuan.
“Kau terlalu bodoh! Tapi aku tidak keberatan menjelaskan kepada Mike, karena suatu hari ia pasti akan ikut berdagang bersama aku.” - Mr. Harry Wormwood.
#3 Orang tua tidak mau melihat kelebihan Matilda
Kegeniusan Matilda tidak pernah dilihat oleh orang tuanya. Padahal Matilda itu memperlihatkan tanda kejeniusan yang luar biasa. Seperti sejak usia 1,5 tahun sudah bisa bicara tanpa cadel. E…malah dibilang berisik dan banyak omong. Mestinya anak perempuan itu cukup kelihatan saja, tapi tidak boleh terdengar katanya.
What!!! Duh, bikin emosi aja bacanya. Padahal baru halaman-halaman awal.
#4 Pekerjaan Orang tua yang buruk
Ayah Matilda itu adalah seorang penjual mobil. Sayangnya bukan dengan cara yang jujur. Melainkan dengan membeli mobil jelek, lalu mengakalinya dengan menabur serbuk gergaji di oli kotak persneling agar mobil seolah-olah terdengar bagus. Setelah cukup jauh dan pembelian terjadi, baru deh bobroknya ketahuan.
“Tidak ada orang yang bisa menjadi kaya dengan bersikap jujur. Pembeli memang harus ditipu.” - Mr. Harry Wormwood
Tidak hanya itu, ia bahkan menjual mobil curian. Akibatnya keluarga Matilda harus kabur ke Spanyol untuk menghindari pemeriksaan pihak berwajib.
Sementara ibunya digambarkan sebagai perempuan yang tidak bisa masak dan menghabiskan waktu bermain Bingo bersama teman-temannya.
#5 Guru yang suka menyiksa anak-anak
Naasnya, Matilda memiliki kepala sekolah yang suka menyiksa anak-anak. Tidak hanya dengan perkataan yang kasar, tapi juga dilengkapi dengan hukuman fisik berupa melempar anak-anak ke udara dengan cara yang absurd. Seperti memegang kepangan dan diputar-putar ke udara. Serem amat!
Belum lagi ada ruang penjara untuk anak-anak bernama Pencekik. Sebuah lemari dimana anak-anak hanya bisa berdiri. Tiga sisi dindingnya adalah semen yang ditancapi pecahan kaca dan pintunya ditancapi ribuan paku tajam. Anak-anak ada yang dihukum sepanjang hari berdiri disitu atau minimal 2 jam.
Benar-benar kepala sekolah sakit jiwa.
“...anak perempuan yang brengsek jauh lebih berbahaya daripada anak lelaki yang brengsek. Bukan itu saja, mereka juga jauh lebih sulit ditindas. Menindas anak perempuan yang jahat, seperti mencoba membunuh lalat hijau. Kita injak dia, tapi ternyata dia tidak ada disitu lagi. Anak-anak perempuan memang brengsek, menyebalkan. Untung aku tidak pernah jadi anak kecil.” - Miss Trunchbull
#6 Seksis
Banyak banget dalam buku ini memberikan gambaran yang salah untuk peran perempuan.
“Saya tidak suka pada anak-anak perempuan yang mementingkan otak. Anak perempuan seharusnya berusaha membuat dirinya menarik, agar kemudian bisa mendapat suami yang baik. Penampilan lebih penting daripada buku.” - Mrs. Wormwood.
21 Bab dalam Matilda dan paragraf pembuka. |
Yang Bikin Acung Jempol dari Cerita Matilda
#1 Matilda itu suka membaca
Matilda itu bukan hanya sudah bisa membaca dalam usia 3 tahun, tapi ia juga memang suka sekali membaca. Digambarkan bagaimana asyiknya Matilda yang berusia 4 tahun 3 bulan melalap buku-buku luar biasa di perpustakaan dekat rumahnya.
Bayangkan saja, anak usia dibawah 5 tahun sudah melalap buku Kisah Dua Kota dan Oliver Twist-nya Charles Dickens, Jane Eyre-nya Charlotte Bronte, Kesombongan dan Prasangka-nya Jane Austen, Kim-nya Rudyard Kipling, Mesin Waktu-nya Rudyard Kipling, Laki-laki tua dan Laut-nya Ernest Hemingway, Mutiara-nya John Steinbeck, Cadas Brighton-nya Graham Green, sampai ke Peternakan Binatang-nya George Orwell.
Mari kita standing applause saudara-saudara! Roald Dahl katanya memang ingin mengangkat karakter anak yang mencintai buku.
#2 Matilda berani melawan ketidakadilan
Dizolimi oleh orang tuanya atau pun kepala sekolahnya tidak membuat Matilda pasrah begitu saja. Ia mencoba membuat perhitungan dengan ngerjain ayahnya atau gurunya.
#3 Matilda punya teman-teman yang baik
Walau masih kecil, Matilda memiliki teman-teman yang menarik dan bisa diandalkan untuk membantunya.
Ada Fred yang burung Nurinya bernama Chopper dipinjam Matilda untuk menakut-nakuti keluarganya. Di sekolah ada Lavender dan Bruce Bogtrotter yang sempat dipaksa untuk menghabiskan kue coklat yang sangat besar.
#4 Rumah kecil Miss Honey yang homy walau sederhana
Jadi ceritanya Miss Honey ini tinggal sendiri di gubuk kecil. Walau kondisinya sangat miskin karena harus hidup hanya dengan 1 pound per minggu, ia setidaknya bisa lepas dari bibinya yang jahat.
Suka deh bagaimana Miss Honey menganggap rumah kecilnya sebagai surga kecil yang nyaman. Kita memang harus pintar bersyukur dengan apapun yang kita miliki.
#5 Akhir yang happy ending
Memang cerita berakhir dengan Matilda tidak ikut orang tuanya kabur ke Spanyol. Tapi ini adalah yang terbaik dan diinginkan oleh Matilda. Ia terlepas dari orang tuanya yang toxic.
Matilda akan tinggal bersama gurunya Miss Honey yang baik, yang telah mendapatkan kekayaannya kembali. Semuanya berkat bantuan Matilda. Matilda juga karena kejeniusannya, mendapatkan pendidikan yang lebih sesuai dengan bergabung bersama anak-anak usia 11 tahun.
Koleksi buku lama yang sudah lecek. |
2 komentar untuk "Apakah Matilda Cocok untuk Bacaan Anak?"