Belajar Disponsori Kartu Prakerja
Kalau diikuti, sebenarnya saya ingin sekali bisa belajar dan pintar dalam segala hal. Pintar menulis tulisan yang menarik untuk dibaca, jagoan cas cis cus dalam bahasa Inggris atau memahami bahasa Arab agar bisa lebih khusyu dalam sholat dan mengaji, hebat dalam menyiapkan masakan bergizi yang enak untuk keluarga, bisa dandan cantik buat acara-acara kondangan, sampai jagoan mencari segenggam berlian demi bisa bayar zakat sendiri.
Rasanya saya punya DUA LUSIN ilmu yang ingin saya pelajari.
Sayangnya antara sekedar kepengen bisa dengan benar-benar punya energi untuk belajar kok ya nggak seimbang ya. Maunya banyak, ealah malah sibuk kecanduan nonton Grey’s Anatomy. Padahal di daftar yang ingin saya pelajari nggak ada itu keinginan untuk jadi pengamat kehidupan Meredith dan teman-temannya para dokter bedah yang keren-keren itu.
Bisa jadi efek stress saking banyaknya yang pengen dipelajari, malah otak saya mendukung untuk lari saja dari semuanya dan mencari kegiatan yang paling mudah untuk dilakukan. Menyalakan televisi dan duduk santai menonton.
Di umur pertengahan 40-an, saya juga merasa kemampuan belajar saya kok ya menurun drastis. Jadi nggak cepat nangkap lagi. Perlu waktu lebih lama untuk bisa memahami sesuatu. Sampai kepikiran apa saya mengalami early Alzheimer seperti yang dialami Alice dalam film Still Alice. Mudah-mudahan nggak sih ya.
Belajar Menyesuaikan dengan Keterbatasan
Bukan hanya umur ya, untuk belajar itu kita juga sebenarnya dihadapkan dengan yang namanya keterbatasan dana dan waktu. Walau banyak ilmu gratisan yang bisa dipelajari, ada saatnya kita perlu ilmu-ilmu yang berbayar. Ilmu yang benar-benar terstruktur dan diajarkan oleh mereka yang berpengalaman dibidangnya.
Seperti kelas-kelas memasak offline misalnya. Terus terang saya baru tahu kalau kelas memasak itu bisa lumayan mahal. Kelas menulis juga banyak yang mahal-mahal. Belum lagi perlu modal untuk beli kebutuhan lainnya.
Begitu ada uangnya, eh… belum tentu juga kita ada waktunya untuk bisa benar-benar belajar, mengerjakan PR dan tugas-tugasnya, sampai ke bisa mempraktekkan ilmunya untuk bisa meningkatkan kualitas hidup kita.
Nah pemikiran-pemikiran seperti ini yang bikin semangat belajar menjadi menurun. Kebanyakan keterbatasan yang jadi pikiran. Nggak asyik banget.
Keajaiban itu datang
Siapa sangka, Allah ternyata membukakan jalan buat saya untuk masih terus belajar. Saya ternyata nggak diizinkan untuk berhenti belajar dengan segala macam keterbatasan yang mengada-ngada itu.
Setelah pertama kali mencoba melamar di Kartu Prakerja sejak gelombang 12 pada Februari 2021, siapa sangka status saya berubah menjadi DITERIMA pada gelombang 31 pada awal Juni 2022 lalu. Setelah gagal selama 18 kali!
Mendapatkan Kartu Prakerja artinya saya mendapatkan budget pelatihan online sebesar Rp 1.000.000,- dan uang insentif sebesar Rp 600.000,-/bulan selama 4 bulan sebagai modal bekerja. Alhamdulillah. Alasan nggak ada biaya bisa dicoret!
Buat saya ini adalah bentuk teguran sekaligus pertanda kalau saya harus benar-benar kembali serius untuk belajar. Nggak ada cerita buat punya banyak alasan nggak bisa belajar lagi.
Begitu juga masalah waktu. Selama 2 tahun pandemi, dengan anak-anak dan suami lebih banyak di rumah, saya cenderung lebih sulit untuk bisa fokus sendiri mengerjakan sesuatu. Rasanya selalu ada saja godaan untuk ngobrol dengan keluarga atau cerita rebutan gadget.
Pada tahun ajaran ini, Raka si sulung kebetulan keterima SMA yang dekat dengan rumah neneknya. Sehingga ia pun kos di sana. Jadi di rumah tinggal Sasya si bungsu yang jam sekolahnya dari pukul 6.30 pagi hingga pk 14.00. Abahnya pun sudah kembali ke kantor full time. Jadi tidak ada alasan buat saya untuk bilang tidak bisa fokus lagi belajar. Saya pun jadi bisa beneran ‘ngantor’ lagi!
Jadi apa yang akan saya pelajari?
Belajar ilmu storytelling dari Raditya Dika di Skill Academy |
Dari daftar dua lusin hal yang ingin saya pelajari itu, saya mencoba untuk benar-benar membuat prioritas mengenai apa yang perlu saya pelajari saat ini. Kira-kira ilmu mana yang bisa benar-benar berarti buat saya.
Saya memilih untuk belajar menulis dan membuat konten dengan lebih serius. Jujur, masih penasaran banget rasanya. Pasti ada yang salah kenapa sampai hari ini saya masih belum banyak kemajuan dalam membuat konten tulisan.
Masih banyak yang bisa dipelajari dan diulik. Saya membutuhkan guru yang bisa membimbing dan mengarahkan untuk bisa menulis dengan lebih baik. Saya membutuhkan materi belajar yang lebih utuh. Dan tentu saja, waktu untuk bisa praktek menulis yang lebih banyak daripada sebelumnya. Juga feedback dari teman-teman.
Cukup 1 ilmu dulu dalam 1 waktu. Tidak serakah lagi.
Tulisan ini dibuat sebagai Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juli dengan tema Hal-hal yang ingin Dipelajari.
4 komentar untuk "Belajar Disponsori Kartu Prakerja"
selalu semangat ya teh ...
Alhamdulillah, Mba Shanty berhasil mendapatkan kartu prakerja. Wah ikut senang, Mba, bisa bermanfaat sekali. Selamat belajar dan menuntut ilmu, Mba Shanty. :)