Memandang Game dengan Sudut Pandang Baru Bersama Creatonme
Coba ngacung dulu ibu-ibu yang gemes banget lihat anaknya main game melulu? Apalagi di masa pandemi 2 tahun terakhir, saat anak-anak lebih banyak sekolah di rumah. Gadget menjadi sahabat baru mereka.
Kalau anak saya Raka yang sekarang kelas 9, hobinya main game F1 di sela-sela membuat video instagram. Sementara adiknya Raisya yang masih kelas 5 SD, sibuk main Roblox Royale High selain main sama teman-temannya di kompleks.
Jadi nggak gitu heran kalau kedua anak ini jadi berkacamata. Raka tahun ini minus 2, dan Sasya sejak awal tahun lalu minus 0,5 dan 1,25. Gimana nggak galau coba Mamanya kalau begitu.
Kepengennya anak-anak tetap punya banyak aktivitas menyenangkan yang tidak selalu berhubungan dengan gadget. Bagaimana pun mereka sudah stress dengan pelajaran dan perlu relaksasi. Tapi main apa ya?
Belajar Membuat Board Game bersama Creatonme
Kegalauan ini yang membuat saya tertarik mengikuti webinar Creatonme (baca: creat-on-me) yang diselenggarakan oleh Ecofun Indonesia pada Sabtu, 15 Januari 2022 lalu.
Ada 5 pembicara menarik yang hadir dalam acara yang didukung oleh ASEAN Foundation, Maybank dan Maybank Foundation ini.
#1 Annisa Arsyad selaku Direktur Ecofun Indonesia
Annisa mengenalkan Creatonme dan sejumlah pencapaian yang telah dicapai dalam pelatihan.
#2 Syaifullah, SE., M.Ec., PhD selaku Direktur Aplikasi Permainan, TV dan Radio Kemenparekraf RI
Beliau menjelaskan mengenai berbagai bentuk dukungan pemerintah terhadap industri game di tanah air.
#3 Dr. Yang Mee Eng selaku Direktur Eksekutif Asean Foundation
Mengenalkan Asean Foundation dan program-program menarik untuk pemuda ASEAN usia 15-32 tahun.
#4 Galih Aristo, founder Arcanum Hobbies
Berbagi pengalaman bagaimana hobi main board game di garasi bisa jadi bisnis yang menjanjikan.
#5 Septi Peni Wulandani selaku co-founder Boardgameland
Membagikan pengalaman beliau sebagai pendiri sekolah TK dan SD serta komunitas Ibu Profesional. Bu Septi menjelaskan mengenai gamifikasi sebagai proses belajar yang kreatif dan menyenangkan.
Apa sih Creatonme?
Dari penjelasan Annisa Arsyad, saya jadi tahu kalau Creatonme atau Creative Economy Education through Game-based Learning adalah sebuah program untuk mendidik anak muda mengembangkan board game.
Sebagai bentuk pemberdayaan pemuda (Empowering Youths), Ecofun sebagai penyelenggara Creatonme mengadakan pelatihan online dan offline di Bogor. Sasarannya adalah anak SMA dan kuliah.
Selama pelatihan 8 hari, sekitar 20-an anak muda diberikan keahlian terkait gamifikasi dan desain membuat board game.
Materi yang diberikan adalah Game Design 101, Game Components, Making Game Prototype, dan How to be a Game Master.
Dalam sebuah pelatihan 8 hari pada November-Desember 2021, berhasil dikembangkan 4 prototipe game:
- Worka - game untuk mencari kerja sesuai minat
- Ijime - game dengan tema bullying dan kesehatan mental
- Water trip - game dengan tema air dan sanitasi
- Nusantara Culture Hunt - game dengan tema pelestarian budaya
4 board game hasil pelatihan Creatonme batch 1 |
Sebagai kelanjutan dari pelatihan, peserta akan membuat prototipe, melakukan tes market dan riset pasar, hingga mencari akses inkubasi bisnis, mentoring dan pendanaan. Lengkap juga ya bentuk dukungannya.
Program yang menarik nih untuk anak muda.. Mudah-mudahan nanti program seperti ini bisa diberikan juga di kota-kota lain dan untuk anak-anak yang usianya lebih muda.
Coding saja kini bisa diajarkan kepada anak-anak usia TK. Mestinya bisa menarik jika prinsip board game juga bisa diajarkan kepada anak-anak.
Kenapa anak-anak perlu main game?
Dalam webinar ini, Annisa juga menyampaikan penelitian Global Youth Wellbeing Index yang menyebutkan kalau anak muda banyak yang khawatir mengenai kesempatan bekerja di masa depan.
Saya sendiri juga sempat mendiskusikan ini dengan anak saya Raka yang sekarang sudah harus memikirkan melanjutkan pendidikan ke mana. Apakah ke SMA yang umum atau sekolah kejuruan yang sesuai minat? Kira-kira mana yang lebih luas kesempatan kerjanya di masa depan.
Pada tahun 2020, World Economic Forum mengeluarkan 10 keahlian yang diperlukan pada tahun 2025.
- Berpikir analitis dan inovatif
- Belajar aktif dan memiliki strategi belajar
- Kemampuan menyelesaikan masalah yang kompleks
- Berpikir kritis dan menganalisa masalah
- kreatif, orisinal, dan punya inisiatif
- Kepemimpinan dan pengaruh sosial
- Penggunaan teknologi, monitoring dan kontrol
- Desain teknologi dan programming
- Daya tahan (resilient), toleransi terhadap tekanan, dan fleksibilitas
- Pemikiran (reasoning), memecahkan masalah dan membuat ide-ide.
Ke-10 keahlian di atas bisa dikelompokkan dalam 4 tipe:
- Kemampuan memecahkan masalah
- Kemampuan manajemen diri
- Kemampuan kerjasama dengan orang lain
- Kemampuan menggunakan teknologi
Nah percaya nggak, kalau keahlian-keahlian ini ternyata bisa dipelajari dengan cara menyenangkan melalui board game loh. Dengan bermain, peserta bisa meningkatkan kemampuan:
- Kolaborasi - cara bekerjasama dengan orang lain
- Pemecahan masalah (problem solving) - cara menyelesaikan masalah dengan beberapa alternatif solusi kreatif dan menyusun langkah-langkah yang sistematis
- Bersosialisasi
- Kepemimpinan
- Berpikir kritis
- Resolusi konflik antara 2 pihak
Bentuk dukungan Kemenparekraf dan ASEAN Foundation terhadap industri game
Ternyata untuk urusan game, pemerintah benar-benar menunjukkan keseriusannya dalam mendukung industri game. Pada webinar ini, Direktur Aplikasi Permainan, TV dan Radio Kemenparekraf RI, Syaifullah memberikan penjelasan yang cukup lengkap.
Potensi game yang sangat menjanjikan di masa depan (Sumber: nikopartners) |
Pemerintah menyadari bahwa potensi ekonomi kreatif Indonesia sangat besar. Kini kekayaan intelektual mendapatkan apresiasi yang lebih baik dibandingkan dekade sebelumnya.
Ada 17 subsektor ekonomi yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Salah satunya adalah game.
Bagaimana pemerintah mendukung industri game dari hulu sampai hilir. (Sumber: slide Pak Syaifullah) |
Bukan hanya pemerintah, dukungan juga diberikan oleh lembaga-lembaga seperti ASEAN Foundation. ASEAN Foundation menyasar anak muda usia 15 - 32 tahun dengan berbagai macam program yang menarik.
Dalam pelatihan Creatonme, terdapat 4 orang volunteer program EYAAP - eMpowering Youth Across ASEAN Programme. Mereka adalah KC dari Filipina, Nazrul dari Malaysia, Phawida dari Thailand, dan Diane dari Laos.
Agar tidak ketinggal informasi mengenai program yang tengah berjalan, teman-teman bisa mengikuti sosial media ASEAN Foundation.
4 pilar ASEAN Foundation (Sumber: e-brosur ASEAN Foundation) |
Beberapa kegiatan ASEAN Foundation yang mendukung anak muda di 10 negara ASEAN (Sumber: e-brosur ASEAN Foundation) |
Bagaimana hobi game bisa jadi bisnis bersama Galih Aristo
Siapa sangka hobi main board game di garasi rumah pada tahun 2005 setiap malam minggu membawa Galih Aristo memiliki bisnis yang berkembang cukup baik saat ini.
Komunitas Arcanum Hobbies sendiri resmi berdiri pada tahun 2014. Dan sejak tahun 2016, Arcanum telah memiliki toko di Kuningan City. Jadi sekarang main board gamenya tidak lagi di garasi rumah Galih, melainkan sudah mendapat tempat yang lebih representatif.
Buat teman-teman di Jakarta yang mau mencoba board game di Arcanum bisa datang ke Senayan City. Setiap Rabu-Minggu dari pk 13.00 - 21.00 wib. Harga tiket hariannya adalah Rp 40.000,- untuk hari kerja, dan Rp 60.000,- untuk hari libur.
Tidak hanya sebagai toko board game dan tempat bermain game, Arcanum Hobbies juga menjadi penyelenggara permainan game untuk perusahaan-perusahaan.
Nama programnya Office Playtime Program. Sebuah alternatif kegiatan yang menarik untuk para karyawan melepas stress sekaligus membangun kedekatan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui game yang dimainkan.
Selain itu setiap 3 bulan sekali, Arcanum juga mengadakan Board Game Design Class. Tujuannya adalah untuk mendukung industri board game dan desainer game lokal.
Serunya main board game di Arcanum Hobbies Senayan City (Sumber: FB Arcanum Hobbies) |
Pentingnya mental bermain bersama Bu Septi Peni Wulandani
Saya mengenal Bu Septi sebagai founder Komunitas Ibu Profesional. Sebagai anggota lama komunitas itu, saya sudah terbiasa diajak bermain-main sama Bu Septi.
Kalau urusan main dan bersenang-senang, Bu Septi memang jagonya.
Coba kita renungkan mengapa anak-anak tidak suka belajar? Tapi anak-anak tidak bisa berhenti bermain. Jangankan anak-anak ya, orang dewasa juga suka bermain. Jadi mengapa tidak menjadikan hal yang tidak menyenangkan sebagai permainan saja?
Mungkin teman-teman ada yang ingat film tahun 1997, Life is Beautiful yang berkisah mengenai Guido dan anaknya Giosue yang disekap di Kamp Konsentrasi Nazi.
Untuk menenangkan anaknya, Guido menjelaskan bahwa mereka sedang dalam sebuah permainan yang rumit. Mereka harus mengumpulkan poin sebanyak mungkin untuk mendapatkan hadiah tank.
Kalau rewel, nyari ibu, atau mengeluh lapar, maka poinnya akan berkurang. Sebaliknya kalau bisa bersembunyi dari penjaga dan tenang, Giosue akan mendapat poin tambahan.
Kebayang nggak sih, kondisi antara hidup dan mati saja bisa digamifikasi oleh Guido. Jadi kebayang nggak sih, untuk menggamifikasi kondisi kita sehari-hari?
Kalau untuk ibu rumah tangga, kayanya seru juga kalau urusan memasak di dapur atau menyetrika bisa dijadikan game.
“Tujuan utama gamifikasi dalam pendidikan adalah menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran dan bukannya objek,” - Septi Peni Wulandani.
Siswa yang perlu aktif. Menurut pengalaman Bu Septi, anak-anak mulai usia kelas 4 SD sudah bisa diajak menciptakan permainan mereka sendiri loh. Sementara guru perlu punya mindset untuk bermain sebagai teman bermain yang asyik dan teman diskusi.
Gamifikasi dalam pendidikan bisa dalam bentuk:
- Mengenalkan badges
- Mengenalkan poin
- Menilai melalui pencapaian
- Kompetisi untuk membangkitkan partisipasi
- Supervisi dan kerjasama tim
- Tidak membatasi ruang kelas hanya di kelas saja
Jika gamifikasi sudah berjalan, anak-anak semakin semangat untuk belajar. Karena mereka bahkan lupa bahwa itu sebenarnya belajar, kata pendiri sekolah Lebah Putih ini.
Untuk merencanakan gamifikasi pendidikan pastikan ada:
- Tujuan, proses belajar, keahlian, dan pencapaian
- Ada tantangan, hadiah, dan kompetisi
- Pastikan terjadi keterlibatan pengguna
- Aturan untuk game itu juga jangan rumit dan banyak. Perlu dibuat sederhana.
Konten perlu dimasukkan dengan halus dan jangan terlalu memberatkan. Bu Septi mencontohkan untuk belajar metamorfosis, bisa dengan memberi peran peserta sebagai ulat, kepompong dan kupu-kupu. Alih-alih mereka diberikan informasi tertulis mengenai fase-fase tersebut.
Ada tips menarik dari Bu Septi saat mendapat pertanyaan bagaimana caranya mengalihkan anak-anak yang suka main game.
Mulai dengan tidak menilai bahwa game itu buruk. Pada dasarnya anak-anak butuh teman. Coba lah bermain game bersama anak untuk melihat sebenarnya game itu seperti apa. Apa yang bikin anak kita tertarik.
Jadi para Mama, mungkin perlu dicoba sesekali untuk menunda menonton episode drakor kesukaan kita dan meluangkan waktu bermain game sama anak. Atau mungkin kalau kesulitan memahami game anak sekarang yang rumit banget itu, kita bisa melihat bagaimana mereka melakukannya. Tapi jangan sambil nonton drakor ya Mah. Fokus sama anak dulu!
Nanti setelah mengetahui kesukaan anak terhadap game tersebut, akan lebih mudah membuka komunikasi dengan mereka.
Ehm…bisa dicoba ya ini. Terima kasih Bu Septi.
Mengapa anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain? |
Kesimpulan
Webinar 3 jam dengan konten yang super lengkap ya. Mulai dari kebutuhan keahlian yang anak-anak kita perlukan di masa depan, peran game dalam meningkatkan kemampuan mereka, pelatihan membuat board game, dukungan pemerintah terhadap industri game, potensi bisnis game, hingga menggamifikasi persoalan-persoalan di sekitar kita.
Game tidak selalu berarti negatif jika kita bisa melihatnya dengan kacamata dan wawasan yang berbeda.
Saya tutup oleh-oleh webinar Creatonme ini dengan slogan mereka:
Let’s play and make an impact!
18 komentar untuk "Memandang Game dengan Sudut Pandang Baru Bersama Creatonme"
Memang sepertinya ibu ibu spt saya musti sering sering update wawasan supaya cara pandangnya bisa lebih tepat dan luwes
Nice share mba🥰🥰
Semoga bisa membersamai anak dengan pembelajaran berbasis permaian yang menyenangkan
Makasih tulisannya mbak!
Seru ya pastinya kalau bisa ikutan bermain sama anak. Bahkan permainan free play yang mungkin 'tampak' tidak ada unsur pembelajarannya sekalipun, tetap bermanfaat karena selain membuat senang, juga membangun kedekatan.
Thanks for sharing, Teh Shanty! :)