Rahasia Proses Kreatif Dee Lestari
Terus terang saya bener-benar terkesan melihat larisnya Kaizen Writing Workshop-nya Dee Lestari. Ilmu 6 jam dengan format Zoom dibandrol dengan harga 895 ribu rupiah saja. Dan yang sekarang ini sudah angkatan ke-5 loh.
Mahal?
Bisa jadi nggak kalau kita melihat cemerlangnya perjalanan karir menulis seorang Dee Lestari yang terbentang selama 20 tahun. Dari memaksakan diri untuk menerbitkan buku pertama pada usia 25 tahun (Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh pada 16 Februari 2001). Hingga buku terakhirnya Rapijali yang akan menjadi trilogi tahun ini.
Mana buku favoritmu? |
Menurut saya buku-buku Dee Lestari itu begitu beragam dan kaya. Saya bisa sangat tidak suka sama Supernova 1. Walau pada saat Supernova memecahkan rekor buku laris dengan laku 7 ribu buku dalam waktu 14 hari dan 12 ribu buku hanya dalam tempo 35 hari.
Saya sendiri mendapatkan edisi cetakan ke-3 April 2001 Supernova di kantin kampus. Saya membelinya hanya karena kebetulan editornya dosen saya. Mau tau juga buku yang diributkan banyak orang itu. Asli saya nggak ngerti dan sangat tidak bisa menikmati buku ini. Apaan sih, mau ngomong cinta aja kok ya ribet banget dengan segala teori ilmiah aneh-aneh.
Dee Lestari menulis dengan berbagai macam gaya |
Baru pada buku Perahu Kertas, saya mulai mau jatuh cinta. Nah, kalau nulis cinta-cintaanya kaya gini, baru ngerti. Nggak pake ribet. Dari sini saya juga jadi bisa menikmati kelanjutan supernova 2, 3, 4, dan 5. Di Intelegensia Embun Pagi, saya nggak mudeng lagi.
Di Aroma Karsa, saya kembali kepo. Kira-kira ini tipe buku yang saya suka apa nggak ya? Saya senang sekali ketika menemukan buku Di Balik Tirai Aroma Karsa. Sebuah buku yang berisi proses kreatif seorang Dee Lestari menulis.
Dari kesuksesan Aroma Karsa, dibuatlah buku Di Balik Tirai Aroma Karsa |
Perjalanan Proses Kreatif Aroma Karsa
Dari buku ini saya akhirnya bisa memahami mengapa seorang Dee Lestari bisa begitu sukses sebagai penulis. Kualitas yang saya rasa tidak dimiliki oleh banyak penulis lain. Gabungan antara jiwa kreatif, manajemen yang baik, kedisiplinan tingkat tinggi dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain.
Berikut beberapa rahasia proses kreatif Dee Lestari yang saya temukan di buku Di Balik Tirai Aroma Karsa.
#1 Riset mendalam
Selama ini bayangan saya yang namanya riset sebagai penulis itu ya paling browsing internet dan baca buku. Paling kalau memungkinkan bisa mencoba mengunjungi lokasi atau setting yang akan digunakan.
Dari membaca cerita Dee saat melakukan riset untuk Aroma Karsa, saya jadi tahu kenapa sebuah buku ada yang terasa begitu kuat ceritanya dan ada yang dangkal Untuk riset Aroma Karsa, selain membaca seabrek-abrek buku, Mamanya Keenan dan Atisha ini melakukan riset yang tidak main-main.
Untuk mempelajari aroma ia mengikuti kursus pembuatan parfum di Singapura dan ngobrol serius dengan peracik parfum profesional. Untuk membangun setting lokasi, Dee survey ke Bantar Gebang, Pabrik Mustika Ratu-nya Bu Mooryati Soedibyo di Ciracas, sampai ke Gunung Lawu. Sementara Grasse di Prancis karena tidak memungkinkan ke sana, Dee mengambil bentuk narasi dalam surat untuk menceritakan setting ini.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai puspa karsa, ia ngobrol dengan ahli anggrek. Pemahaman tentang sejarah Majapahit dan bahasanya, ia dapatkan dengan berkonsultasi dengan dosen FIB UI. Dee juga sempat mengobrol dengan pembalap Ananda Nikola untuk mendapatkan wawasan sekaligus berkonsultasi mengenai bab tertentu yang memang berhubungan dengan pembalap. Di sini saya jadi tahu kalau riset itu bisa saja dilakukan saat tulisan tengah dibuat atau bahkan telah jadi. Jadi bisa sekalian dilihat apa ada tidak masuk akal dengan kondisi yang sebenarnya.
Asli niat banget lah! Seimbang dengan hasilnya.
Di Balik Tirai Aroma Karsa, buku wajib punya buat mereka yang ingin menulis buku fiksi |
#2 Membuat perencanaan waktu
Dee mengaku sebagai orang yang pemalas sekaligus perfeksionis. Malasnya bisa pilih-pilih. Pada hal yang disukai bisa sangat rajin sebenarnya.
Masalahnya, begitu kesukaan berubah menjadi target, rasa malas jadi muncul. Segala yang diluar target jadi terlihat lebih seru untuk dikerjakan. Duh, bagian yang ininya gue banget nih (jangan-jangan saya juga punya bakat jadi penulis besar). Padahal distraksi kaya gini, haram untuk diikuti oleh penulis yang serius berniat cari makan dari profesinya. Ok, bagian yang ini saya belum sampai.
To stay as a professional writer, a book needs to be born not only out of love, but professionalism. - Dee Lestari, Di balik Tirai Aroma Karsa halaman 90
Itu sebabnya perlu target yang jelas dan perencanaan dalam pengerjaan sebuah buku.
Jadi awalnya Aroma Karsa dimulai pada 22 Februari 2017. Diperkirakan panjangnya sekitar 80 ribu kata. Dengan kebiasaan menulis 700-1000 kata per hari selama 5 hari dalam seminggu, didapat hari kerja selama 100 hari atau 20 minggu dengan memperhitungkan hari libur. Draft pertama atau hari kelahiran naskah diperkirakan akan jatuh pada minggu kedua Juli.
Saya suka bagaimana cara Dee melihat DEADLINE tulisan sebagai BIRTH DATE dari tulisan. Deadline bawaannya nggak enak. Tapi hari kelahiran, tentunya bikin semangat. Padahal kan kita sebenarnya bicara titik yang sama.
Tapi namanya juga ibu-ibu. Bukan hanya kita yang sulit memegang komitmen, seorang Dee Lestari juga mengalami yang namanya sakit, urusan sekolah anak, acara keluarga, talk show, dan lainnya sehingga jadwalnya menjadi kacau.
Pada 17 Juli 2017, saat mestinya naskah sudah bisa dilahirkan, ternyata perlu di kalkulasi ulang. Jumlah kata berkembang menjadi 100 ribu kata. Dengan target harian 1000 kata per hari dan 5000 kata per minggu, diperlukan 100 hari atau 24 minggu kerja. Draft diharapkan bisa jadi awal September 2017.
Pada menjelang akhir Agustus, ternyata baru berhasil nulis 70 ribu kata. Jadi dibuatlah kalkulasi baru pada 25 Agustus. Jumlah kata diperkirakan 110 ribu kata. Sisa sekitar 40 ribu kata lagi. Tidak bisa tidak, perlu kerja 6 hari dalam seminggu kalau mau draft jadi pada 9 November 2017.
Dee bahkan punya daftar jumlah kata yang ia buat per minggu loh. Alhasil Draft pertama Aroma Karsa tuntas pada 8 November 2017 di angka 107 541 kata.
Oh iya, sebagai bagian dari proses kreatif, kita juga perlu berbesar hati jika melihat ada plot yang mungkin perlu dihilangkan dan ditambahkan. Jangan terlalu tidak mau rugi juga dengan memaksakan bagian-bagian yang tidak bagus. Saat membuat Aroma Karsa ada juga hari-hari yang bukannya menambah kata-kata baru, namun malah menguranginya. Ada dokumen yang namanya AKDeletedScenes.
Deadline itu memang bikin stress. Tapi kata Dee, itu seperti juga proses kontraksi saat persalinan. Sakit dibutuhkan untuk bisa melancarkan persalinan. Stressnya deadline itu sehat dan perlu Buibu…. Jangan terlalu nyantai jadi orang kalau mau sukses kaya Dee Lestari.
Percayalah. Ada 1001 alasan meyakinkan untuk menunda menyelesaikan tulisan. -Dee Lestari
#3 Mengenali trinitas premis cerita
- Ada dua kekuatan yang berlawanan (premis kosmis)
- Ada dua kondisi yang berusaha keras saling mengalahkan (premis cerita)
- Ada karakter awal dan karakter ideal yang ingin dicapai oleh tokoh cerita (premis karakter)
Untuk membantu melihat plot cerita dengan lebih jernih, Dee membuat tabel panjang perspektif seperti ini. |
#4 Sabar dan rendah hati dalam proses editing
Nikmatilah proses penyuntingan, semenyakitkan dan sesulit apa pun itu. Penyuntingan bukanlah waktunya mempertahankan ke-aku-an, melainkan saatnya melayani cerita. Penulis dan editor, berulang-ulang, melakukan latihan dan gladi resik sebelum akhirnya mementaskan naskah ke publik. - Dee Lestari, Di Balik Tirai Aroma Karsa halaman 165
#5 Kerja sama dengan departemen artistik
Jadi penulis itu ternyata tetap harus bisa gambar ya untuk bisa menjelaskan idenya ke orang lain yang lebih ahli. |
#6 Membangun komunitas pembaca
Iklan Aroma Karsa untuk berlangganan dan bergabung dengan komunitas digitribe |
#7 Melalui masa-masa baby blues menulis
Berani memulai. Berani gagal. Berani berhasil.
Penghargaan yang didapat Dee dalam 20 tahun berkarya. Bukan kaleng-kaleng. |
2 komentar untuk "Rahasia Proses Kreatif Dee Lestari"
Aku suka Dee, tapi bener teh.. ada buku-buku tertentu yang aku belum selesaikan. Karena terlalu berat ceritanya, hehehe..
Paling suka sama Madre.
Singkat dan mendalam, khas DEE banget.
Banyak sekali daging rendangnya ini.