Review GRIT: Seberapa Tabah Kita Dalam Menekuni Passion?
Saya benar-benar jatuh cinta sama bukunya Tante Angela Duckworth ini. Sebelumnya terima kasih banget buat Lendy yang sudah mau meminjamkan buku ini berbulan-bulan, hanya karena saya belum yakin rela mengeluarkan uang Rp 128.000,- untuk membeli ni buku.
Sejujurnya baca buku GRIT memang butuh ketabahan. Tebal materi utamanya saja 343 halaman. Ditambah lagi 80 halaman daftar bacaan yang disarankan. Saya yakin, ini Tante Angela pasti dapat nilai A+++ untuk disertasinya mengenai ketabahan.
Membahas apa sih GRIT itu?
Membahas segala hal tentang ketabahan atau grit yang perlu kita ketahui. Dari struktur pembagian bab-nya saja sudah rapi dan menarik.
Buku dibagi ke dalam 3 bagian utama. Bagian pertama berisi tentang pengertian ketabahan dan mengapa ketabahan itu menjadi faktor penting dalam kesuksesan seseorang. Pada bagian ini, diberikan juga tabel pertanyaan yang memungkinkan pembaca bisa mengukur tingkat ketabahan diri sendiri.
Pada bagian 2 dibahas mengenai 4 cara menumbuhkan ketabahan dari dalam diri sendiri. Sementara di bagian 3 diberikan cara untuk bisa menumbuhkan ketabahan dari luar diri. Ini cocok untuk mereka yang ingin mendidik anak-anak yang tabah atau mungkin karyawan yang tabah.
Apa sih pengertian orang yang tabah?
Mari kita mulai dengan menyamakan persepsi dulu mengenai apa yang dimaksud dengan ketabahan.
Jadi ya, kita perlu tahu dulu bedanya bakat (talent), minat (passion), kegigihan (perseverence), dan ketabahan (grit). Kadang kita melihat ini semua sebagai garis lurus saja.
Orang yang berbakat menulis, pastinya sangat berminat dan suka menulis. Pasti buat dia menulis itu lebih mudah dibandingkan orang lain yang tidak berbakat menulis. Karena berbakat dan berminat dalam bidang tulis menulis, maka ia akan gigih dalam melakukan yang terbaik dalam hal menulis. Segala masalah yang dia hadapi dalam dunia menulis akan dia hadapi dengan penuh ketabahan.
Dan pada akhirnya, ia akan hidup bahagia selamanya. Tamat.
Ternyata berdasarkan hasil penelitian Angela Duckworth yang sudah dengan tabahnya melakukan penelitian mengenai ketabahan ini selama bertahun-tahun, perjalanan hidup seseorang itu nggak selurus itu.
Ditemukan begitu banyak orang super berbakat yang ternyata tidak tabah. Dan banyak orang yang bakatnya biasa-biasa saja, bisa sangat gigih dan tabah dalam melakukan sesuatu sehingga hasilnya menjadi luar biasa.
Bakat (talent) adalah potensi khusus seseorang yang membuatnya mudah menguasai suatu bidang.
Minat (passion) adalah sesuatu yang suka kita lakukan. Sesuatu yang bikin kita lupa waktu saat melakukannya karena saking asyik dan menyenangkannya.
Gigih (perseverence) adalah daya tahan untuk mampu melakukan sesuatu dalam waktu yang lama.
Tabah (grit) adalah gabungan antara melakukan sesuatu yang kita minati dengan kita punya kegigihan untuk melakukannya dalam waktu yang lama. Mungkin saja sih kita bisa sangat berminat pada sesuatu. Tapi kita tidak gigih atau mudah patah semangat dalam menghadapi tantangan. Atau bisa jadi juga kita gigih dan tabah melakukan sesuatu sekedar karena tuntutan tertentu, tapi sebenarnya sangat tidak kita minati.
Untuk memiliki gambaran kasar mengenai ketiga hal ini, ada sebuah kuisioner yang bisa diisi.
Menurut Angela, orang cenderung tidak tabah ketika mereka tidak punya gambaran jelas mengenai bagaimana peta perjalanan mencapai puncak.
Seperti saya nih contohnya. Tahu sih pengen jadi penulis buku yang laris dan dibaca banyak orang. Tapi saya nggak kebayang mau melakukan langkah-langkah kecil apa hari ini yang mendukung impian saya saya itu. Atau apa yang kira-kira perlu saya lakukan bulan depan. Tahun depan perlu melakukan apa. Semua masih remang-remang. Peta yang tidak jelas ini, yang bikin orang cenderung tidak tabah, mudah menyerah, dan terombang ambing dengan berbagai macam distraksi.
Orang ramai-ramai ke A, ikut. Giliran orang berombongan ke B, ikut juga. Akhirnya ya nggak nyampe ke mana-mana. Sound familiar?
4 Cara Menumbuhkan Ketabahan Dari Dalam
Saya sangat suka buku penulis kelahiran 1970 yang sempat S1 di Harvard (1992) dan S2 di Oxford (1996), ini karena banyak sekali mengangkat kisah-kisah dari mereka yang sudah berhasil. Angela menyebutnya sebagai para teladan ketabahan. Kisah pengalaman orang lain ini membantu kita untuk bisa lebih memahami bagaimana cara berpikir orang-orang tabah.
Berdasarkan hasil riset dan wawancara ke sejumlah orang sukses, Angela akhirnya menemukan 4 faktor yang bisa dilatih untuk bisa menumbuhkan ketabahan dari dalam diri sendiri.
#1 Adanya minat
Semua orang yang tabah memulainya dengan melakukan sesuatu yang benar-benar mereka sukai. Belajarlah untuk mengenali apa yang suka kita lakukan. Untuk menemukan minat ini wajar kok kalau memerlukan waktu yang lama. Sabar saja dan terus mencoba hal baru agar tidak bosan.
#2 Miliki latihan terencana
Jadi ini nih rahasianya kenapa kita bisa telah melakukan sesuatu selama 10 ribu jam tapi masih belum jadi ahli juga. Kita tidak punya latihan terencana!
Latihan terencana adalah latihan yang mencatat kemajuan dan pencapaian dengan rapi. Dilakukan dengan fokus dan penuh konsentrasi. Bukan dilakukan asal sempat atau sambil disambi-sambi ngerjain hal lain.
Ada umpan balik sehingga bisa terarah untuk memperbaiki kekurangan. Setiap kekurangan dilatih terus berulang kali hingga hasilnya sempurna. Ini benar-benar menuntut energi yang besar. Itu sebabnya, biasanya latihan terencana dilakukan hanya 1-2 jam per sesi. Yang pasti latihan ini dilakukan selama bertahun-tahun.
#3 Adanya tujuan
Sebagai makhluk sosial, pada akhirnya setiap pekerjaan yang kita lakukan perlu untuk berdampak pada orang lain. Adanya tujuan untuk bisa berarti untuk orang lain, membantu kita untuk bisa lebih tabah dalam mengerjakan sesuatu.
Tidak ada pekerjaan yang terlalu sepele untuk bisa berdampak bagi orang lain. Dalam GRIT, Angela menceritakan pengalaman suami istri pekerja kebersihan yang akhirnya bisa jadi pengusaha besar di Australia.
#4 Memupuk harapan
Setelah melakukan 3 hal di atas, faktor penting lain untuk bisa tabah adalah keyakinan akan adanya harapan bahwa masa depan akan lebih baik.
Ciri dari orang yang penuh harapan dan optimis, adalah mereka yang bisa melihat penyebab yang sifatnya sementara dan tidak permanen.
"Saya salah mengelola waktu."
"Saya tidak bisa efisien karena pikiran saya tidak fokus."
Berbeda dengan orang pesimis yang hobinya menyalahkan kepada penyebab yang permanen.
“Saya memang pencundang."
"Saya tidak berbakat."
Penutup
Ada pertanyaan menarik mengenai apakah ketabahan menjamin kebahagiaan seseorang? Lah ngapain sih perlu ngoyo mengejar sesuatu. Hidup perlu dinikmati sewajarnya saja. Yang penting ibadah, ibadah, dan ibadah.
Eits, tapi jangan salah ya. Siapa bilang menjadi tabah itu bukan bagian dari ibadah? Sebagai bentuk rasa syukur atas kesempatan dan kemampuan yang sudah dititipkan Sang Pencipta pada diri kita.
Berdasarkan hasil penelitiannya Angela Duckwort menemukan fakta:
Semakin TABAH seseorang, semakin besar kemungkinan orang itu menikmati kehidupan emosional yang SEHAT. - Angela Duckworth
Gimana, sudah siap buat menjadi orang yang lebih tabah dan tidak mudah menyerah?
1000 kata
Posting Komentar untuk "Review GRIT: Seberapa Tabah Kita Dalam Menekuni Passion?"
Posting Komentar