Mengapa Perlu Agenda Planner Tahunan?
Saya suka sekali pakai planner yang bisa mencatat kegiatan sepanjang tahun. Alasan fungsionalis sekali sebenarnya. Untuk membantu daya ingat saya yang rada terbatas ini. Asli pelupa banget kalau apa-apa nggak dicatat.
Dengan 1 buah planner, semua kegiatan dalam setahun bisa terekam dengan manis di sana.
Apa yang perlu dicatat dalam Planner?
Emang planner mau diisi apa sih? Ribet amat pakai dicatat segala? Apa nggak cukup punya diary yang ditulis saat galau saja?Kalau buat saya sih, ada banyak hal yang perlu dicatat di agenda planner tahunan. Minimal #7 hal berikut:
#1 Mencatat kegiatan khusus tahunan
Saya paling suka nih planner yang ada lembar catatan kegiatan tahunannya. Ada baris yang berisi tanggal 1 - 31 dan kolom yang memuat bulan Januari hingga Desember.Kalau waktu kecil, saya biasa mengisi lembar ini dengan data ulang tahun teman-teman dan keluarga. Untuk beberapa tahun terakhir, saya mengisi data ini dengan catatan blogpost yang saya buat dalam tahun itu. Jadi kelihatan deh bolong-bolongnya. #tutupmuka
#2 Mencatat kegiatan bulanan
Kalau bagian ini umumnya selalu ada di setiap planner. Cuma kadang sering terlalu kecil untuk kita menuliskan kegiatan.Buat saya yang paling ideal itu kalau catatan bulanan ini ada kolom tambahan untuk kegiatan mingguan. Jadi kita bisa tulis catatan tambahan mingguan di situ.
Lebih sempurna lagi kalau dibagian bawahnya tempat untuk catatan bulanan.
Di sini kita bisa menuliskan hal-hal seperti apa yang kita pelajari atau pencapaian dan target tertentu.
#3 Mencatat kegiatan harian
Saya sih sukanya kegiatan harian ditulis dalam format mingguan. Nggak perlu 1 halaman 1 hari. Tapi cukup 2 halaman untuk 7 hari. Lengkap dengan target mingguan dan catatan khusus.Paling asyik kalau bisa menuliskan kegiatan per jam. Tapi saya kurang suka yang ada tulisan dari jam berapa hingga jam berapa. Karena kadang saya punya jadwal sendiri yang ingin saya atur.
#4 Mencatat habit tracker
Ini juga menarik. Kalau saya tuh selalu ada saja kebiasaan baru yang ingin latih. Baru sampai ingin doang sih. Tapi biar gitu juga, saya suka usaha dengan mencatatnya di planner.Entah itu minum air, menulis rutin, sholat, mengaji, baca buku, dan lain-lain. Kan enak kalau di planner kita bisa mencatat kegiatan itu. Cuma biasanya jarang loh ada planner yang bisa menyediakan catatan untuk habit tracker.
Jadi terkadang saya akali dengan print sendiri dan diselipkan di planner atau ya ditempel saja di papan yang mudah terlihat. Baru pada akhir tahun, catatan tersebut direkap ke dalam planner.
#5 Mencatat rencana-rencana besar
Untuk ini diperlukan lembar-lembar note yang memungkinkan kita menuliskan semua rencana dan mimpi-mimpi.Ini adalah bagian yang menurut saya paling kocak kalau kita lihat lagi dalam bertahun-tahun ke depan. Dalam 10 tahun terakhir kok ya bisa target kita nggak maju-maju.
Kalau saya target abadi itu adalah soal menambah berat badan. Ha...ha...
#6 Mencatat Data keuangan
Berdasarkan pengalaman mencatat data keuangan keluarga setahun terakhir, buat saya mencatat keuangan terbaik tetap di buku kas biasa. Sempat sih saya rajin mencatat di aplikasi smartphone yang sangat smart karena bisa langsung melihat dalam bentuk grafik kondisi keuangan kita.Tapi ternyata ngisi data di smartphone itu malah lebih sulit untuk konsisten. Niatnya pegang smartphone untuk nulis pengeluaran, lah malah menjelajah FB dan asyik bergosip di WA. Lupa deh tadi mau nulis pengeluaran berapa.
Kalau di buku kas biasa, terbukti selama 1 tahun terakhir saya bisa rutin mencatat pengeluaran.
Jadi kenapa data keuangan perlu dicatat di planner? Kalau buat saya paling untuk rekapan pos yang besar-besar saja. Sekedar agar kita bisa melihat pola pengeluaran dalam 1 tahun.
#7 Mencatat hal-hal khusus
Misalnya daftar buku yang dibaca dalam 1 tahun, daftar ilmu seru yang didapat, daftar film seru yang ditonton, daftar masakan baru yang dicoba, dan lain sebagainya.Tu...kan seru banget kalau punya planner. Bagaimana semua kegiatan kita dalam 1 tahun bisa terekam dengan manis dalam sebuah planner. Mirip dengan album foto, tapi ini dalam bentuk kegiatan rutin dari hari ke hari.
Jadi bikin kita tahu, kita tuh ngapain aja sih setahunan ini.
Memang sih tantangan punya planner itu adalah rasa bosan mengisinya. Apalagi kalau kita mulai sering menunda-nunda mencatat dan banyak bolongnya. Bawaannya jadi malas ngisi deh.
Itu sebabnya planner itu sebaiknya jangan yang terlalu besar dan berat. Lebih nyaman kalau planner itu cukup ringan dan mudah dibawa-bawa di dalam tas.
Kenapa nggak pakai planner elektronik saja?
Ini kembali ke masalah selera juga sih. Seperti kasus mengapa saya lebih suka buku kas manual daripada aplikasi pencatatan di smartphone. Urusan catat-mencatat yang membutuhkan konsentrasi saat memasukkan data, saya sih lebih suka manual dan bukan di smartphone. Karena bisa lebih fokus dan nyaman melihatnya. Lebih kerasa personal touch-nya dan seneng aja lihatnya.
Saya lebih suka menulis dengan pinsil daripada polpen atau spidol warna-warni. Karena tulisan saya kan jelek dan suka salah-salah. Jadi lebih nyaman menulis dengan pinsil yang bisa dihapus kalau ada salah-salah dikit.
Dimana mendapatkan Planner yang bagus?
Selama ini saya selalu berjuang mencari planner yang sesuai dengan kebutuhan saya. Setiap akhir tahun, saya selalu semangat mengubek-ubek planner tahunan di toko buku, siapa tahu ketemu planner yang terbaik.Akhirnya pencarian saya terjawab juga saat akhir tahun 2018. Dapat dong planner yang nyaris sempurna memenuhi semua kebutuhan saya. Sebuah planner keluaran Ninano. Ini tuh plannernya anak sekolah Jepang.
Lembar-lembar untuk ujian dan persiapan belajar, saya modifikasi sesuai kebutuhan saya sebagai ibu rumah tangga. Benar-benar pas! Itu makanya Sasya (9 tahun) sangat kepengen punya planner yang sama seperti Mamanya tahun 2020 ini.
Harganya saat itu di toko Togamas Supratman Bandung, hanya Rp 45.000,- saja. Kualitas kertas dalamnya bagus dan berwarna-warni. Sampulnya pun hardcover. Jadi nggak mudah lusuh dan enak dibawa-bawa. Sempurna!
Duh kalau nggak ingat-ingat harganya lumayan, pengen deh langsung beli 2 untuk tahun depannya.
Ternyata beneran dong, tahun 2020 ini saya kesulitan sekali mendapatkan planner yang sama. Setelah mengubek-ubek toko yang sama sejak bulan November, saya tetap nggak menemukan planner Ninano lagi.
Ada planner sejenis yang mirip dengan planner Ninano. Saya sampai membelinya 3 buah dong. Rencananya 2 untuk Sasya dan sepupunya, serta 1 untuk saya. Eh taunya pas di rumah baru ketahuan kalau planner itu hanya bisa diisi untuk 6 bulan saja dong.
Beneran ya, kalian kalau beli planner harus benar-benar dicek itu lembar planner bulanannya untuk 12 bulan atau cuma 6 bulan. Jangan malas menghitung lembarnya satu demi satu.
Jangan sampai kecele kaya saya. Asli pengen nangis.
Terus saya coba browsing di market place mencari planner ideal saya itu. Eh beneran ketemu dong. Mana dikirimnya benar-benar cepat lagi. Cocok buat saya yang saat itu lagi sakau planner.
Duh terharunya… Walau harganya lebih mahal 20 ribu dibanding yang saya beli tahun sebelumnya. Tak apa-apalah. Its still worth it.
Demikianlah kisah saya dengan planner tercinta. Gimana dengan teman-teman? Apakah suka pakai planner juga?
3 komentar untuk "Mengapa Perlu Agenda Planner Tahunan?"